Indomie dan Wardah Masuk Merek Lokal Terpopuler
Indomie, Wardah dan Maspion menempati peringkat tiga teratas merek lokal yang paling diingat (top of mind) dan disukai konsumen. Penilaian itu terungkap dari hasil survei Katadata Insight Center (KIC) terkait popularitas merek lokal.
Survei KIC dilakukan terhadap 6.697 konsumen di 34 provinsi secara online bekerjasama dengan aplikasi Cashpop pada 13-17 Oktober 2020. Sebanyak 11,9% respoden menyebut Indomie sebagai merek paling diingat dan disukai diikuti Wardah dengan persentase 6,04%, dan Maspion 4,13%.
Proporsi responden dalam menyebutkan merek sama ketika ditanya tentang merek paling diingat dan paling disukai menandakan merek tersebut menempel kuat pada ingatan konsumen.
Selain ketiga merek tadi, hasil survei juga menempatkan Polytron, brand perusahaan Indofood, Advan, Eiger, Aqua, Tolak Angin dan Viva ke dalam jajaran 10 besar merek lokal paling diingat konsumen dengan persentase responden kurang dari 5%. Sedangkan 63,2% responden menyebutkan 152 merek lainnya.
Survei KIC menemukan Emina, Sidomuncul, Mie Sedaap, Wings, Gudang Garam, Roma, Lea, Kopi Kapal Api, Martha Tilaar Group, purbasari, Make Over, Garuda Food dan Gajah Duduk masuk jajaran 50 merek lokal teratas.
“Kami mendefenisikan merek lokal sebagai merek produk yang berasal atau diciptakan dari dalam negeri, diproduksi dan dipasarkan di dalam negeri,” kata Direktur Riset Katadata Insight Center Mulya Amri dalam paparannya, Senin (16/11).
KIC juga mengadakan survei untuk menggali persepsi dan perilaku konsumen terhadap merek lokal dibandingkan dengan merek internasional. Secara umum, konsumen Indonesia cenderung memilih dan menggunakan merek dalam negeri.
Konsumen Indonesia menilai merek lokal unggul dalam hal kandungan alami produk, layanan purna jual, serta mudah dicari atau tersedia di banyak tempat. Sedangkan merek luar negeri mereka nilai lebih unggul dalam hal keamanan produk, harga, desain produk, inovasi, kualitas, desain kemasan, dan daya tahan produk.
Pilihan merek dalam negeri paling utama terlihat pada kategori makanan dan minuman, banking & finance, obat-obatan dan multivitamin, furniture, perawatan diri, baju, kosmetik dan sepatu. Sedangkan pada kategori elektronik dan gadget, pilihan jatuh pada merek luar negeri.
Pada kategori makanan minuman, merek Indomie, brand perusahaan Indofood, Aqua, J.Co, Mie Sedaap, Wings, Silver Queen, Roma, Kopi Kapal Api dan Dua Kelinci masuk ke dalam jajaran merek lokal terpopuler. Berikutnya, merek lokal terpopuler kategori perawatan wajah dan kosmetik diisi oleh brand Wardah, Viva Cosmetics, Emina, Martha Tilaar Group, Purbasari.
Merek lokal terpopuler untuk kategori perbankan dan keuangan, ditempati Bank BCA dan Bank Mandiri. Sementara kategori obat-obatan dan multivitamin, Tolak Angin, Sidomuncul, Antangin JRG, Kuku Bima, Cap Lang, Nyonya Meneer dan Jamu Jago menjadi merek lokal paling populer di masyarakat.
Tren Produk Korea
Kendati mayoritas konsumen menyukai produk lokal, survei KIC menemukan, merek Korea cukup kuat pada sejumlah kategori produk. Konsumen cenderung memilih brand Korea untuk produk internasional yang disukai, khususnya pada kategori perawatan diri, kosmetik, dan baju.
Sedangkan merek Tiongkok dinilai unggul dalam hal harga dan kemudahan dicari. Merek Jepang unggul dalam desain produk, desain kemasan, daya tahan, inovasi produk, dan kualitas produk.
Mulya menjelaskan, dalam survei ini terlihat bahwa konsumen Indonesia cenderung memperhatikan kualitas, lebih berhati-hati dalam belanja, sukar memilih saat berbelanja, dan sebagian menjadikan belanja sebagai hiburan. Kesadaran merek dan faktor penampilan atau gaya cenderung lebih rendah dalam daftar prioritas konsumen.
“Kami juga menganalisis perilaku belanja berdasarkan generasi,” lanjut Mulya.
Generasi Z sebagai generasi termuda sangat mengutamakan kualitas, sering bingung memilih barang, menganggap belanja adalah hiburan, mengutamakan gaya dan harga murah. Generasi Y lebih menganggap belanja sebagai hiburan, mengutamakan merek, gaya dan harga murah.
Sedangkan generasi X sebagai generasi dewasa dan lebih matang lebih berhati-hati dalam berbelanja. Lain halnya dengan generasi baby boomers dalam berbelanja sudah tidak mengutamakan merek dan lain-lainnya sebagaimana generasi sebelumnya. Mereka lebih berhati-hati dalam berbelanja.
"Kami harap survei ini dapat menjadi rujukan bagi merek lokal dalam membaca perilaku konsumen dan upaya mereka merebut perhatian konsumen,” ujarnya.