Vaksin Sinovac Lindungi 94% Tenaga Kesehatan RI dari Infeksi Covid-19
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyampaikan, vaksin Covid-19 efektif melindungi tenaga kesehatan Indonesia dari risiko terpapar virus corona. Sedangkan sebagian besar vaksin yang digunakan merupakan buatan Sinovac Biotech Ltd.
Berdasarkan pengamatan terhadap 25.374 petugas kesehatan di Jakarta selama 28 hari sejak menerima dosis kedua, vaksin 100% melindungi mereka dari kematian. Selain itu, 96% dari mereka tidak dirawat inap akibat Covid-19 setelah seminggu divaksin.
Pengamatan itu dilakukan hingga akhir Februari.
Budi menyampaikan, 94% pekerja terlindungi dari infeksi. Namun tidak jelas apakah para pekerja disaring secara seragam untuk mendeteksi pembawa asimtomatik.
"Kami melihat penurunan yang sangat, sangat drastis terkait rawat inap dan kematian di antara pekerja medis,” kata Budi dalam wawancara dengan jurnalis Bloomberg, dikutip Rabu (12/5).
Sejak Presiden Joko Widodo (Jokowi) divaksinasi pada Januari lalu, Indonesia telah memberikan lebih dari 22 juta dosis kepada masyarakat. Sebagian besar merupakan Sinovac.
“Tingkat kemanjuran minimum harus di atas 50%, jadi lebih dari itu,” ujar Budi. “Ini bukan hanya tentang mendapatkan tingkat efikasi tertinggi, tetapi menginokulasi orang dengan cepat.”
Namun, pemerintah mengantisipasi dampak mudik lebaran terhadap penambahan kasus baru Covid-19. Apalagi, 4.123 dari 6.724 pemudik yang dipilih secara acak dan dites, terkonfirmasi positif terinfeksi virus corona.
Di Brasil, vaksin Sinovac juga tercatat lebih efektif dibandingkan hasil riset saat tahap pengujian. Hasil dari uji coba fase III terbesar di Brasil menunjukkan bahwa kemanjuran vaksin ini hanya 50,4%, terendah di antara semua vaksin Covid-19 generasi pertama.
Di Serrana, Brasil misalnya, jumlah penduduk yang mengalami penyakit serius atau kematian akibat Covid-19 menurun setelah divaksinasi.
Dalam wawancara terpisah dengan Bloomberg, CEO Sinovac Yin Weidong menyampaikan, data di Indonesia dan Brasil menunjukkan bahwa kinerja vaksin Sinovac lebih baik ketika diterapkan di dunia nyata. “Ini juga menunjukkan bahwa kemampuan vaksin Sinovac dalam mengatasi wabah, membutuhkan sebagian besar orang untuk divaksinasi,” katanya.
Menurutnya, tingkat efektivitas yang tinggi itu tidak dapat dicapai oleh negara berkembang dengan infrastruktur kesehatan yang buruk dan akses terbatas terhadap vaksinasi Covid-19.
Di Chili, wabah muncul kembali setelah vaksinasi. Yin menyampaikan, golongan penduduk yang paling awal yang divaksinasi di Chili yakni orang tua.
Chili mendapatkan kurang dari 15 juta dosis. Ini artinya, hanya tujuh juta orang yang bisa divaksinasi dua kali. “Itu sama dengan 36% dari populasi 19 juta,” kata Yin.
Atas dasar itu, Yin menilai bahwa potensi wabah muncul kembali setelah vaksinasi, besar. “Ini karena aktivitas sosial meningkat di antara orang-orang muda yang sebagian besar tidak diinokulasi,” ujar dia.
Ia pun mengklaim, 89% dari penduduk yang divaksinasi di Chili, terlindungi dari risiko penyakit serius akibat Covid-19.
“Hasil dari penggunaan di dunia nyata dan data ilmiah yang kami miliki dari uji klinis, memungkinkan dunia menilai vaksin kami secara komprehensif,” kata Yin.