Omzet Pengusaha Gim Lokal Naik Saat Pandemi meski Bersaing dengan PUBG
Gim menjadi salah satu hiburan bagi masyarakat yang berkegiatan di rumah selama pandemi corona. Omzet para pelaku usaha di subsektor ini pun meningkat, meski harus bersaing dengan pengembang asing seperti PUBG Mobile.
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) mencatat, 98% pelaku usaha di sektor industri kreatif terkena dampak pandemi Covid-19. Namun, produk game online dan animasi justru meningkat.
Pelaksana tugas (Plt) Deputi Bidang Ekonomi Digital dan Produk Kreatif Kemenperekraf Joshua Simanjuntak mengatakan, omzet pelaku usaha di kedua sektor itu pun meningkat selama pandemi virus corona.
Hanya, ia tidak memerinci besaran peningkatan omzetnya. "Subsektor gim online malah merekrut karyawan baru, karena permintaan tinggi,” kata dia saat konferensi pers secara virtual, Rabu (24/6).
(Baca: Industri Gim Indonesia Tumbuh 20% Efek Pandemi Corona)
Begitu juga dengan subsektor animasi. Pelaku usaha di bidang ini kebanjiran permintaan untuk membuat video animasi mengenai penanganan Covid-19.
Data per April pun menunjukkan, trafik internet untuk layanan gim online melonjak hingga 61%. Ini terjadi karena masyarakat diimbau mengurangi kegiatan di luar rumah selama pandemi.
Industri gim di Indonesia pun mencatatkan pertumbuhan 10-20% selama pandemi Covid-19, hingga April. Angka tersebut berdasarkan catatan Asosiasi Gim Indonesia (AGI).
“Bagi pemilik gim, itu naik 10-20%,” kata Josua Simanjuntak saat mengikuti diskusi bertajuk Kick Off Collabonation Silaturahmi Kreatif’ secara virtual, April lalu (28/4).
Namun, kondisi berbeda dialami para penyedia layanan gim. “Kalau ini fluktuatif, ada yang naik dan turun,” ujar Josua. (Baca: Trafik Internet untuk Gim Online Naik hingga 61% Efek Pandemi Corona)
Contoh pemilik atau pengembang di Tanah Air yakni Agate Studio, Touchten Games, Megaxus Infotech, dan Gemscool, atau Garena dari Singapura. Sedangkan penyedia layanan gim seperti Microsoft Xbox dan Google Stadia.
Kendati pandemi corona membuat permintaan gim meningkat, industri tidak serta-merta terdorong transaksinya. Salah satu penghambatnya yakni infrastruktur yang belum memadai.
"Infrastruktur kita masih belum memungkinkan transfer data yang besar. Dari mereka juga ada permintaan untuk dibantu dari sisi infrastruktur," ujarnya.
(Baca: Raup Rp 3,2 Triliun, PUBG Mobile Jadi Game Online Terlaris di Dunia)