Ditopang E-Commerce dan Bansos, Logisly Kebanjiran Order saat Pandemi

Fahmi Ahmad Burhan
30 September 2020, 15:54
Logisly Kebanjiran Order saat Pandemi, Ditopang E-Commerce dan Bansos
instagram/@logisly_id
Ilustrasi, armada Logisly mengangkut bansos

Penggunaan layanan e-commerce melonjak saat pandemi corona. Permintaan pengiriman barang di platform startup logistik, Logisly pun meningkat 10% atau lebih.

Co-Founder sekaligus CEO Logisly Roolin Njotosetiadi mengatakan, peningkatan terjadi sepanjang semester I. “Tumbuh double digit,” kata dia saat konferensi pers virtual, Rabu (30/9). “Pertumbuhan ini dipastikan sehat.”

Ia menjelaskan, perusahaan berfokus pada layanan pengiriman barang yang diminati selama pandemi virus corona. Beberapa di antaranya paket yang dipesan melalui e-commerce dan terkait kesehatan.

Startup itu pun mendiversifikasi segmen pasar, sehingga permintaan datang dari berbagai sektor, mulai dari Fast Moving Consumer Good (FMCG), elektronik, ekspor-impor, e-commerce hingga perusahaan teknologi.

“Dukung e-commerce dari sisi backbone-nya. Sektor ini terus tumbuh,” kata Roolin. Selain itu, permintaan datang dari proyek pemerintah seperti bantuan sosial (bansos).

Logisly setidaknya menggaet 1.000 mitra di masa pandemi Covid-19 ini. Beberapa di antaranya Unilever, Haier, Grab, Maersk, dan Fedex.

Perusahaan kini menggaet mitra pengirim atau transporter, dengan 40 ribu armada truk yang masuk ekosistem.

Logisly menjembatani perusahaan pengguna dan transporter. Fitur yang tersedia di antaranya memantau pengiriman secara real time atau live tracking, dokumen digital untuk surat jalan dan lainnya, dan invoicing.

Perusahaan mengenakan komisi atas transaksi antara shipper dan transporter.

Wakil Sekretaris Asosiasi Modal Ventura untuk Startup Indonesia (Amvesindo) Andreas Surya mengatakan, startup logistik seperti Logisly tumbuh signifikan di masa pagebluk ini. Salah satunya faktor pendorongnya yakni e-commerce.

McKinsey memperkirakan terdapat 1,6 miliar paket atas transaksi di e-commerce yang dikirim per tahun, pada 2022. Jumlahnya bisa meningkat lagi, mengingat layanan e-commerce semakin diminati selama pandemi sebagaimana Databoks di bawah ini:

Berdasarkan laporan AppsFlyer bertajuk ‘The State of Shopping App Marketing 2020 Edition’, waktu yang dihabiskan konsumen Indonesia di platform e-commerce meningkat 70% selama Februari-Juni.

Selain itu, Facebook dan Bain & Company memperkirakan bahwa nilai transaksi belanja online di Indonesia hampir US$ 72 miliar atau sekitar Rp 1.047,6 triliun pada 2025. Angka ini melonjak dibandingkan proyeksi awal US$ 48 miliar.



Proyeksi nilai transaksi belanja online melonjak menjadi US$ 147 miliar di Asia Tenggara pada 2025. Angka ini juga meningkat dibandingkan prediksi awal yang hanya US$ 120 miliar.

Andreas pun mengatakan, sektor logistik menempati urutan ketiga startup yang diminati investor. Posisi pertama dan kedua ditempati oleh pesan antar makanan (food delivery), teknologi finansial (fintech).

Akan tetapi, “pesan-antar makanan, e-commerce dan logistik itu saling terkait,” ujar Andreas.

Setidaknya ada lima startup logistik yang mendapatkan pendanaan selama semester I yakni KlikDaily, RaRa, Waresix, Shipper, dan Kargo. “Kebutuhan logistik masih cukup tinggi, sembilan bulan pandemi ini beberapa startup dapat pendanaan karena kebutuhannya besar,” katanya.

Reporter: Fahmi Ahmad Burhan

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...