Transaksi Ninja Xpress, Lion Parcel, J&T Melonjak Terdorong E-commerce
Transaksi perusahaan logistik Ninja Xpress, Lion Parcel, dan J&T meningkat hingga empat kali lipat pada tahun lalu. Salah satu faktor pendorongnya yakni penggunaan layanan e-commerce yang melonjak di tengah pandemi corona.
Country Head Ninja Xpress Ignatius Eric Saputra mengatakan, layanan tumbuh empat kali lipat pada 2020 dibandingkan tahun sebelumnya (year on year/yoy). Jumlah pengiriman paket lebih dari 150 juta tahun lalu.
Lonjakan terjadi karena tren belanja online selama pandemi Covid-19. Perusahaan mencatat, peningkatan paling signifikan yakni saat pesta diskon seperti 10.10 dan hari belanja online nasional (harbolnas) 12.12.
Pengiriman barang bahkan terjadi di seluruh wilayah Indonesia. Tingkat keberhasilan distribusi lewat layanan Ninja Xpress 98% pada tahun lalu.
Selain belanja online, permintaan pengiriman barang di Ninja Xpress terdongkrak Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang mendigitalisasi bisnis saat pagebluk virus corona. "Sistem yang kami berikan berfokus membantu kegiatan operasional usaha agar menjadi lebih mudah dan rapi," kata Ignatius dalam siaran pers, Rabu (10/2).
Studi dari perusahaan e-commerce Lazada juga mengungkapkan, 92% dari UMKM yang telah terdigitalisasi sepakat bahwa marketplace membantu kebutuhan layanan logistik. Oleh karena itu, Lazada menyediakan layanan logistik sendiri.
"Teknologi di sistem logistik kami juga memungkinkan bisnis untuk memprediksi dan menganalisis permintaan dan suplai atas produk mereka di periode waktu tertentu. Ini untuk memudahkan mereka merencanakan bisnis," kata Country Chief Logistics Officer, Lazada Indonesia, Philippe Auberger dalam siaran pers, Selasa (9/2).
Meski beberapa e-commerce menyediakan layanan sendiri, perusahaan logistik tetap kebanjiran permintaan. Selain Ninja Xpress, volume pengiriman reguler dengan estimasi waktu tiga sampai empat hari dari Lion Parcel naik 40%yoy. Mayoritas barang yang dikirim yakni pakaian dan aksesori.
Tahun ini, Lion Parcel ingin berfokus menggarap pasar di Jawa, karena menyumbang 59% terhadap total industri. "Salah satu target kami pada 2021 yakni memaksimalkan potensi di Jawa melalui layanan pengiriman yang cepat dan ekonomis," kata Direktur Utama Lion Parcel Farian Kirana dalam siaran pers, bulan lalu (12/1).
J&T Express juga mencatatkan peningkatan transaksi pada tahun lalu. CEO logistik J&T Express Robin Lo mengatakan, jumlah pengiriman barang e-commerce meningkat 40% yoy per kuartal III 2020.
"Hal itu karena kebiasaan masyarakat yang berubah, dari sebelumnya berbelanja offline menjadi online," kata Robin saat konferensi pers virtual, September tahun lalu (1/9/2020).
Pada awal pandemi corona, perusahaan mengalami kendala pengiriman barang karena pembatasan akses transportasi udara di beberapa wilayah. Hal ini dialami juga oleh korporasi logistik lainnya.
Badan Pusat Statistik (BPS) pun mencatat, usaha transportasi dan pergudangan atau logistik terkontraksi -13,42% yoy pada kuartal IV 2020.
Chairman Supply Chain Indonesia (SCI) Setijadi mengatakan, meski kontraksi secara tahunan, industri logistik tumbuh bertahap sejak ada pandemi corona. Pada kuartal II misalnya, terkontraksi 30,8% dan membaik pada kuartal berikutnya menjadi-16,7%.
Salah satu faktor pendorong industri ini yaitu tingginya permintaan dari e-commerce. Riset Facebook dan Bain & Company memperkirakan, nilai transaksi belanja online di Indonesia hampir US$ 72 miliar atau sekitar Rp 1.047,6 triliun pada 2025. Angka ini melonjak dibandingkan proyeksi awal US$ 48 miliar.
McKinsey pun memperkirakan, ada 1,6 miliar paket atas transaksi di e-commerce yang dikirim per tahun, pada 2022. Jumlahnya bisa meningkat lagi, mengingat layanan e-commerce semakin diminati selama pandemi.