Ahli IT Peringatkan Kehandalan Aplikasi Ukur Saturasi Oksigen
Aplikasi ukur saturasi oksigen mulai marak digunakan di tengah lonjakan kasus positif Covid-19 di Indonesia. Ahli teknologi informasi (IT) mengingatkan bahwa perangkat lunak (software) ini tidak bisa menjadi pegangan utama untuk mengetahui kondisi tubuh.
Direktur Indonesia ICT Institute Heru Sutadi mengatakan, aplikasi saturasi oksigen memang bisa diterapkan melalui aplikasi. Apalagi beberapa perangkat ponsel pintar (smartphone) mendukung fitur sensor seperti finger print yang bisa digunakan untuk mendeteksi saturasi oksigen.
"Tetapi memang harus berhati hati. Itu bukan jadi pegangan utama," kata Heru kepada Katadata.co.id, Senin (5/7).
Ia mengatakan, aplikasi ukuran saturasi oksigen hanya bisa digunakan untuk data awal. Pengguna perlu mengetes menggunakan alat yang sesuai standar.
Berdasarkan pantauan Katadata.co.id, ada beberapa aplikasi ukur saturasi oksigen seperti O2 meter dan Blood Oxygen App - Pulse Oximeter.
Aplikasi O2 meter menggunakan sensor kamera di ponsel untuk mengidentifikasi tingkat saturasi oksigen. Namun aplikasi ini tidak lagi tersedia di Google Play Store.
Sedangkan Blood Oxygen App - Pulse Oximeter menggunakan metode tahan napas selama mungkin untuk mengetahui tingkat saturasi oksigen pengguna. Setelah mengunduh aplikasi, pemakai diminta memilih fitur saturasi oksigen.
Lalu klik tombol pengukuran atau estimate. Kemudian pengguna diberikan pertanyaan kondisi yang memengaruhi saturasi oksigen, dua di antaranya kebiasaan merokok dan penyakit bawaan seperti asma.
Pengguna akan diminta mengikuti aba-aba untuk menahan dan menghembuskan napas. Maka bakal muncul hasil penghitungan tingkat saturasi oksigen.
Aplikasi besutan pengembang Alina Mikhaylova itu diunduh lebih dari 500 ribu kali. Namun pengembang mencantumkan disclaimer. "Pengukuran ini hanya rekomendasi dan tidak dapat digunakan untuk diagnostik atau tujuan medis," demikian isi deskripsi di Google Play Store.
Pada awal tahun lalu, aplikasi ukur suhu atau termometer juga ramai digunakan. Saat itu, pendiri komunitas pengguna gawai Gadtorade, Lucky Sebastian mengatakan bahwa banyak aplikasi yang palsu. “Itu hanya sekadar prank. Seharusnya ada perangkat tambahan yang terhubung ke port ponsel," ujar dia kepada Katadata.co.id, tahun lalu (6/3/2020).
Sepengetahuannya, ada perangkat yang bisa disematkan ke ponsel. Salah satunya Samsung yang merilis ponsel dengan kemampuan mendeteksi detak jantung, tentunya dilengkapi alat sensor.
Meski begitu, ada juga aplikasi yang bisa mengukur suhu ruangan. Namun, datanya berbasiskan saluran cuaca. Algoritme dipadukan dengan data suhu baterai atau cip (chipset) pada ponsel.