Teknologi VR, AR, dan Ekonomi Hijau Diramal Tren di RI Tahun Depan
Perusahaan venture builder UMG Idealab memperkirakan, teknologi virtual reality (VR), augmented reality (AR), dan terkait ekonomi hijau tren tahun depan. Startup pun diprediksi masif mengembangkan ketiga teknologi ini.
Founder UMG IdeaLab Kiwi Aliwarga mengatakan, pengembangan teknologi untuk ekonomi hijau potensial karena banyak negara menargetkan nol emisi karbon atau zero carbon emissions. "Semua teknologi yang berdampak terhadap lingkungan, potensial," katanya saat konferensi pers virtual, Kamis (7/10).
Di Indonesia, pemerintah memang menargetkan penurunan emisi gas rumah kaca hingga 29% dengan usaha sendiri dan 41% lewat dukungan internasional pada 2030. Untuk mencapai target ini, butuh dana Rp 266,2 triliun.
Menurut Bain & Company, Microsoft dan Temasek Holdings Singapura, ruang investasi hijau di Indonesia akan terus tumbuh.
Sejumlah perusahaan pun gencar berinvestasi pada teknologi ekonomi hijau. Decacorn Tanah Air Gojek misalnya, mempunyai komitmen Three Zeros: Zero Emissions, Zero Waste dan Zero Barriers atau nol emisi pada 2030.
Gojek juga mengembangkan kendaraan listrik dilakukan sebagai komitmen untuk nol emisi pada 2030. Decacorn ini ingin seluruh motor dan mobil di lini bisnis transportasi berbasis listrik.
Selain itu, Gojek membuat fitur hitung emisi karbon GoGreener Carbon Offset. Gojek menggaet startup Jejak.in untuk membuat fitur ini. Melalui fitur itu, pengguna bisa menghitung jumlah emisi karbon sehari-hari dan mengonversinya dengan menanam pohon.
Decacorn asal Singapura, Grab juga membuat fitur carbon offset. Tools ini sudah dirilis di Indonesia, Malaysia, dan Thailand. Ini memungkinkan konsumen membeli carbon offset US$ 0,1 per perjalanan. Uang ini akan disalurkan untuk kegiatan reforestasi dan proyek konservasi yang dikelola oleh organisasi non-pemerintah lokal.
Grab juga berinvestasi lebih dari US$ 200 juta untuk mengembangkan kendaraan listrik dan hybrid. Mobil dan motor ini kemudian akan menjadi armada Grab secara bertahap.
Teknologi potensial lainnya yakni terkait kesehatan. "Imbas pandemi Covid-19, telemedicine akan semakin cepat diadopsi," kata Kiwi.
Selain itu, teknologi potensial lain yaitu VR dan AR. "Ini pasti akan naik tahun depan. Sekarang sudah mulai stabil teknologi ini," katanya. Apalagi, jaringan internet generasi kelima atau 5G tersedia di Indonesia.
Riset Ericsson menunjukkan bahwa pengguna perangkat 5G di Indonesia banyak yang tertarik mencoba layanan VR dan AR. Di Tanah Air, ada 19% responden yang menggunakan ponsel 5G.
"Jumlahnya akan bertambah lima juta dalam dua tahun ke depan,” kata Head of ConsumerLab Ericsson Research Jasmeet Singh Sethi saat konferensi pers virtual, pada Juni (24/6).
Mereka yang mau beralih ke 5G rerata ingin menghabiskan waktu tiga jam lebih banyak per pekan untuk menggunakan aplikasi AR. Selain itu, menggunakan enhanced media 1,5 jam lebih lama.
Pada 2025, riset memperkirakan bahwa konsumen di Indonesia menghabiskan 7,5 – 8 jam per pekan untuk bermain gim berbasis komputasi awan (cloud). Mereka juga akan mulai menggunakan aplikasi AR dan VR.