8 Startup Termasuk Gojek Rambah Ekonomi Hijau, Bagaimana Potensinya?

Fahmi Ahmad Burhan
1 Oktober 2021, 16:15
ekonomi hijau, gojek, startup, grab
123rf.com/warat42
Ilustrasi investasi hijau

Setidaknya ada delapan startup di Indonesia, termasuk Gojek, yang merambah bisnis ekonomi hijau. Laporan terbaru Bain & Company, Microsoft, dan Temasek Holdings Singapura pun menunjukkan bahwa ruang investasi sektor ini di Asia Tenggara, akan terbuka lebar.

Laporan berjudul ‘Southeast Asia's Green Economy: Opportunities on the Road to Net Zero’ menunjukkan, Asia Tenggara membutuhkan investasi US$ 2 triliun hingga 2030 untuk mengurangi emisi.

Dana tersebut akan dialokasikan untuk sejumlah upaya, seperti mempercepat peralihan ke energi hijau, membuat sektor pertanian pangan menjadi lebih efisien, mengurangi polusi hingga cara yang tidak merusak lingkungan.

Dengan investasi tersebut, Bain & Company, Microsoft dan Temasek Holdings Singapura memperkirakan, 90% emisi di Asia Tenggara akan berkurang. Upaya transformasi bisnis menuju ekonomi ramah lingkungan di kawasan juga akan menawarkan keuntungan US$ 1 triliun per tahun pada 2030.

Di Indonesia, pemerintah menargetkan penurunan emisi gas rumah kaca hingga 29% dengan usaha sendiri dan 41% lewat dukungan internasional pada 2030. Untuk mencapai target ini, butuh dana Rp 266,2 triliun. 

"Indonesia memiliki ukuran dan sumber daya alam besar yang menjadi game changer di Asia Tenggara untuk keberlanjutan," demikian dikutip dari laporan Bain & Company, Microsoft dan Temasek Holdings Singapura, Kamis (30/9).

Menurut laporan tersebut, ruang investasi hijau di Indonesia juga akan terus tumbuh. "Aktivitas investasi di ekonomi hijau akan menjanjikan,” demikian isi laporan.

Sedangkan di Indonesia setidaknya ada delapan startup yang bergerak di sektor ekonomi hijau, sebagai berikut:

1. Gojek

Decacorn Tanah Air ini menjalankan beragam strategi untuk mengurangi emisi karbon. Perusahaan mempunyai komitmen Three Zeros: Zero Emissions, Zero Waste dan Zero Barriers atau nol emisi pada 2030.

Salah satu langkah dari komitmen itu yakni membuat fitur hitung emisi karbon GoGreener Carbon Offset. Gojek menggaet startup Jejak.in untuk membuat fitur ini.

Melalui fitur itu, pengguna bisa menghitung jumlah emisi karbon sehari-hari dan mengonversinya dengan menanam pohon.

Co-CEO Gojek Kevin Aluwi mengatakan, Gojek juga gencar mengembangkan kendaraan listrik. Perusahaan pun menjalin kerja sama dengan Honda dan Gesits untuk mengembangkan kendaraan listrik. 

“Kami tes dengan Honda dan Gesits. Ada beberapa hal progres yang sudah kami jalani,” kata dia saat konferensi pers virtual, pada April (30/4). 

Gesits merupakan salah satu perusahaan yang memproduksi kendaraan listrik di Indonesia. Sedangkan Honda adalah perusahaan otomotif. 

Pengembangan kendaraan listrik dilakukan sebagai komitmen untuk nol emisi pada 2030. Decacorn ini ingin seluruh motor dan mobil di lini bisnis transportasi berbasis listrik.

Selain itu, Gojek membuat layanan GoTransit untuk mendukung nol emisi 2030. GoTransit merupakan solusi mobilitas yang membantu pengguna menentukan rute perjalanan. Melalui layanan itu, decacorn mengintegrasikan layanan dengan transportasi lain.

2. Jejak.in

Jejak.in merupakan startup yang menyediakan solusi berbasis kecerdasan buatan alias artificial intelligent (AI) dan Internet of Things (IoT) untuk membantu bisnis melakukan perimbangan karbon (carbon offset).

Jejak.in juga mengikuti program akselerasi Gojek Xcelerate. Founder sekaligus CEO Jejak.in Arfan Arlanda mengatakan, perusahaan menggaet pabrik skala besar dan kecil untuk mengurangi emisi karbon.

Halaman:
Reporter: Fahmi Ahmad Burhan
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...