Startup Sociolla Dikabarkan Cari Pendanaan dan Segera Jadi Unicorn
Social Bella Indonesia atau Sociolla dikabarkan dalam pembicaraan untuk mengumpulkan pendanaan US$ 150 juta (Rp 2,2 triliun) hingga US$ 200 juta (Rp 2,9 triliun). Startup kecantikan disebut-sebut segera menjadi unicorn.
Unicorn merupakan sebutan bagi startup dengan valuasi di atas US$ 1 miliar atau sekitar Rp 14 triliun. “Sociolla sedang merundingkan putaran pendanaan yang akan mendorong valuasinya melewat US$ 1 miliar,” kata sumber Bloomberg yang mengetahui masalah itu dikutip dari Business Times, Rabu (19/1).
Valuasi perusahaan rintisan itu disebut-sebut bakal mencapai US$ 1,2 miliar sampai US$ 1,4 miliar.
Co-Founder sekaligus President Social Bella Christopher Madiam enggan mengomentari kabar tersebut. "Yang dapat kami sampaikan, perusahaan saat ini berfokus pada upaya peningkatan skala (scale up) bisnis,' kata dia kepada Katadata.co.id, Rabu (19/1).
Sociolla mengumpulkan US$ 58 juta dalam putaran pendanaan Seri E pada 2020. Dana segar ini diperoleh dari investor termasuk Temasek, Jungle Ventures, dan Pavilion Capital.
Perusahaan memperoleh tambahan US$ 57 juta dari L Catterton dan investor lainnya tahun lalu.
Startup kecantikan itu pun masif membuka gerai tahun lalu. Sebelum pandemi corona, jumlah tokonya hanya dua. Kini mencapai 31 di Indonesia.
Perusahaan rintisan itu berencana meningkatkan jumlah gerai dua kali lipat di Indonesia. Peningkatannya akan lebih tinggi lagi di Vietnam, yang saat ini baru ada sembilan.
Sociolla pun beralih ke bisnis ramah lingkungan lewat kampanye Waste Down, Beauty Up. Startup di bidang kecantikan ini menggelontorkan dana dalam jumlah besar.
Co-Founder sekaligus CMO Social Bella Chrisanti Indiana menyampaikan, perusahaan ingin tumbuh berkelanjutan. Oleh karena itu, Sociolla beralih ke bisnis ramah lingkungan.
Namun, ia tidak memerinci anggaran yang digelontorkan untuk beralih ke bisnis ramah lingkungan. "Lumayan besar," kata Chrisanti saat wawancara terbatas dengan media di Lippo Mall Puri, Jakarta, pekan lalu (13/1).
Dana yang besar itu digunakan untuk mengubah kemasan dari bubble wrap atau plastik menjadi berbahan kertas. Startup kecantikan ini juga bekerja sama dengan penyedia khusus.
"Kami hitung, kalau diganti dengan material eco friendly bisa mengurangi penggunaan bubble wrap 250 ribu meter persegi. Dampaknya besar, meski bubble wrap itu lebih murah," katanya.