Sekolah hingga Operasi Bedah di RS Diramal Masif Pakai Metaverse
Metaverse diperkirakan masif diadopsi dalam dua tahun ke depan. Kegiatan belajar mengajar seperti di sekolah hingga operasi bedah diprediksi gencar menerapkan teknologi dunia virtual.
Teknologi metaverse merupakan versi teranyar dari virtual reality (VR) tanpa komputer. Pengguna teknologi dapat memasuki dunia virtual menggunakan perangkat berupa headset atau kacamata berbasis augmented reality (AR) maupun VR.
Founder sekaligus CEO PT Tiga Token Digital Jimmi Saputra mengatakan, metaverse merupakan masa depan teknologi yang mengintegrasikan antara dunia virtual dan fisik. "Dua sampai tiga tahun metaverse akan masif," katanya dalam diskusi bertajuk Crypto State: Southeast Asia, Kamis (24/2).
Menurutnya, akan ada banyak aplikasi yang menerapkan teknologi metaverse di sejumlah sektor, termasuk pendidikan dan kesehatan.
"Akan banyak penerapannya seperti mengajar di kelas dengan metodologi tertentu. Di sektor kesehatan, dokter akan menggunakannya," kata Jimmi.
Di sektor kesehatan, operasi bedah bisa mengandalkan avatar dan hologram di metaverse, serta dibantu dengan AR dan VR.
Di beberapa negara seperti Amerika Serikat (AS) dan India, penerapan metaverse untuk sektor kesehatan sudah berjalan. Di India misalnya, All India Institutes of Medical Sciences (AIIMS) menggunakan teknologi operasi digital berbasis metaverse dari perusahaan teknologi ImmersiveTouch.
ImmersiveTouch memungkinkan dokter memakai teknologi untuk menyimulasikan patologi unik setiap pasien dalam 3D. ImmersiveTouch mengintegrasikan solusi untuk perencanaan bedah, pelatihan, dan keterlibatan pasien menggunakan metaverse.
Head of Ecosystem Multiverse Labs Pte Ltd Wan Wei Soh mengatakan, sektor lain yang juga menerapkan metaverse yakni busana. "Penggunaan pada busana ini menggabungkan antara dunia ritel fisik dengan virtual yang dapat menyentuh," katanya.
Merek busana atau barang mewah bisa mengadopsi teknologi metaverse seperti avatar dan hologram dalam memasarkan produk. Merek juga dapat membuat aset digital seperti NFT alias non-fungible token yang bisa digunakan di dunia virtual.
Morgan Stanley memproyeksikan, industri produk busana dan produk mewah akan mendapatkan penjualan ekstra US$ 50 miliar atau Rp 720 triliun dari metaverse pada 2030.
Menurut Morgan Stanley, aset digital di metaverse seperti NFT dapat memperluas total pasar yang dapat dialamatkan oleh merek produk busana. Merek terkenal seperti Dolce & Gabbana misalnya, menghasilkan penjualan sembilan NFT US$ 5,7 juta atau Rp 82 miliar.
Sebelumnya, pendiri Microsoft Bill Gates memperkirakan bahwa pertemuan kantor di dunia virtual atau metaverse akan menjadi tren pada 2023 – 2024.
Bill Gates menyebut periode tren rapat di dunia virtual itu sebagai ‘tahun yang paling tidak biasa dan sulit’.
Ia menilai, 2022 dan selanjutnya merupakan masa yang lebih digital. Menurutnya, pandemi Covid-19 mendorong banyak orang beralih ke digital. Ini termasuk merevolusi tempat kerja.
Raksasa teknologi asal Cina, Baidu juga memperkirakan bahwa adopsi metaverse butuh waktu lama, yakni hingga enam tahun agar bisa hadir sepenuhnya secara global.
Presiden HTC China Alvin Graylin juga mengatakan bahwa metaverse secara penuh akan hadir dalam lima sampai 10 tahun. Namun, bagian dari produk-produk pendukungnya akan hadir lebih cepat.