Hacker Pembobol Sistem Bank Indonesia Rerata Minta Tebusan Rp26 Miliar

Desy Setyowati
21 April 2022, 11:22
bank indonesia, hacker, kebocoran data, gaji hacker
Muhammad Zaenuddin|Katadata
Ilustrasi kebocoran data

Rata-rata permintaan tebusan oleh para peretas (hacker) dalam serangan ransomware lebih dari US$ 2,2 juta atau sekitar Rp 31 miliar tahun lalu. Geng Conti Ransomware yang membobol sistem Bank Indonesia (BI) pada Januari meminta tebusan rerata US$ 1,8 juta atau setara Rp 26 miliar.

Menurut the 2022 Unit 42 Ransomware Threat Report dari Palo Alto Network, sektor industri yang paling terpengaruh oleh serangan ransomware yakni jasa profesional dan hukum, konstruksi, grosir dan eceran, kesehatan, dan manufaktur.

Advertisement

Deputy Director Unit 42 Threat Intelligence Jen Miller-Osborn, mengatakan serangan ransomware pada 2021 mengganggu aktivitas sehari-hari yang dianggap biasa oleh orang-orang di seluruh dunia, mulai dari membeli bahan makanan, bahan bakar untuk kendaraan, bahkan saat menghubungi nomor darurat seperti 911.

Grup ransomware yang paling bertanggung jawab atas sebagian besar serangan pada tahun lalu adalah Conti. Terhitung lebih dari satu dari lima kasus yang dikerjakan oleh para konsultan Unit 42, berasal dari Conti.

Posisi kedua yakni Revil atau dikenal sebagai Sodinokibi, 7,1%. Lalu, Hello Kitty dan Phobos masing masing 4,8%.

Conti juga mengunggah nama 511 organisasi di situs Dark Web-nya. Ini merupakan yang terbanyak dibandingkan grup hacker lain.

“Conti 2.0 menjadi ancaman yang paling berpengaruh pada 2021 di wilayah Asia Pasifik,” demikian isi laporan, dikutip dari Antara, Rabu (20/4). Industri yang paling banyak menjadi target serangan adalah bidang jasa profesional dan hukum, serta manufaktur.

Jumlah korban yang datanya muncul di situs dark web meningkat 85% menjadi 2.566 pada 2021, berdasarkan analisis Unit 42. Sebanyak 60% di antaranya berlokasi di Amerika.

Kemudian 31% di Eropa, Timur Tengah, dan Afrika. Lalu, 9% di Asia Pasifik.

"Ransomware menjadi penyebab utama keprihatinan keamanan sistem bagi organisasi di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Bisnis-bisnis di berbagai sektor harus lebih berhati-hati lagi dalam menyikapi risiko dari pemerasan siber dan menilai kemampuan mereka dalam memerangi risiko ini," kata Country Manager Indonesia Palo Alto Networks Adi Rusli.

Pada Januari, Bank Indonesia menjadi korban Geng Conti Ransomware. Juru Bicara BSSN Anton Setiawan menjelaskan, penjahat siber menyerang personal computer (PC) di kantor cabang BI di Bengkulu menggunakan ransomware Conti.

“Karakteristik ransomware ini mengunci sistem, dan mengambil data,” ujar Anton kepada Katadata.co.id, pada Januari. Setelah diperiksa dan ditelusuri, ada 16 komputer yang disusupi oleh ransomware Conti.

Halaman:
Reporter: Antara
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement