Pasar Keuangan Dilanda Ketidakpastian, BI Menilai Investasi Emas Aman
Bank Indonesia (BI) menilai ketegangan hubungan dagang di beberapa negara menyebabkan ketidakpastian pasar keuangan global berlanjut. Meski begitu, investasi emas dinilai tetap aman.
"Ketidakpastian ini mendorong pergeseran penempatan dana global ke aset yang dianggap aman seperti obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS) dan Jepang, serta komoditas emas," kata Gubernur BI Perry Warjiyo saat konferensi pers di kantornya, Jakarta, Kamis (22/8).
Perry mengatakan, pertumbuhan ekonomi dunia semakin tertekan. Hal itu tampak dari perekonomian AS yang tumbuh melambat akibat menurunnya ekspor dan investasi non-residensial.
Pertumbuhan ekonomi Eropa, Jepang, Tiongkok dan India juga lebih rendah. Pelemahan tersebut, menurutnya dipengaruhi oleh kinerja sektor eksternal dan permintaan domestik yang menurun.
(Baca: Optimisme Dorong Investor Keluar dari Aset Aman, Harga Emas Turun)
Untuk merespons dampak perlambatan pertumbuhan ekonomi tersebut, Perry menyebutkan berbagai negara melakukan stimulus fiskal dan memperlonggar kebijakan moneter. Salah satunya, bank sentral AS yang menurunkan suku bunga acuan pada Juli lalu.
Perry menjelaskan, dinamika ekonomi global tersebut perlu dipertimbangkan dalam upaya mendorong pertumbuhan ekonomi. Selain itu, regulator perlu menjaga arus masuk modal asing sebagai penopang stabilitas eksternal.
(Baca: Dua Hari Turun, Harga Emas Antam Berbalik Naik Jadi Rp 756 Ribu/Gram)
Cadangan devisa Indonesia mencapai US$ 125,9 miliar per Juli 2019. Nilai ini setara dengan pembiayaan 7,3 bulan impor. Bahkan, jumlahnya equivalen tujuh bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. Posisi tersebut juga di atas standar kecukupan internasional atau sekitar tiga bulan impor.
Namun, Perry menilai Indonesia masih beruntung karena pertumbuhan ekonominya tergolong baik di tengah ketidakpastian ini. "BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi tetap baik didukung permintaan domestik, khususnya investasi yang akan tetap tumbuh tinggi," katanya.
Secara keseluruhan, BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi tahun ini berada di bawah titik tengah 5-5,4%. Sedangkan tahun depan, BI memproyeksikan ekonomi tumbuh dikisaran 5,1-5,5%.
(Baca: Cetak Rekor Keempat Kalinya, Harga Emas Antam Rp 766 Ribu per Gram)