Standard Chartered Dukung Indonesia Melalui Ekonomi Berkelanjutan

Dicky Christanto W.D
Oleh Dicky Christanto W.D - Tim Publikasi Katadata
20 Desember 2021, 09:22
Standard Chartered terus berupaya memberikan berbagai terobosan dalam penggunaan teknologi digital, baik untuk meningkatkan kinerja bank, maupun untuk semakin mempermudah nasabahnya dalam berinteraksi dengan berbagai layanan perbankan. (Courtesy of Standa
Katadata
Standard Chartered terus berupaya memberikan berbagai terobosan dalam penggunaan teknologi digital, baik untuk meningkatkan kinerja bank, maupun untuk semakin mempermudah nasabahnya dalam berinteraksi dengan berbagai layanan perbankan. (Courtesy of Standard Chartered)

Perkembangan lanskap industri dan ekonomi saat ini yang semakin dinamis telah memberikan tantangan tersendiri bagi industri jasa keuangan. Bank, sebagai salah satu motor penggerak industri keuangan juga dituntut siap menghadapi ekonomi masa depan, yang akan diwarnai oleh beraneka ragam kemajuan teknologi dan tren keberlanjutan.

Terkait dengan tren keberlanjutan, pemerintah melalui Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga berupaya terus mendorong pelaku industri finansial dan pelaku ekonomi untuk bertransisi ke Karbon Nol Bersih (Net Zero).

“OJK terus mendukung komitmen pemerintah terhadap Perjanjian Paris serta berbagai langkah untuk mencapai tujuan net zero emission,” kata Ketua Dewan Komissioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso, sebagaimana dikutip dari keterangan resmi OJK pada Rabu (3/11/2021)

OJK telah mencatat bahwa total pinjaman terkait keuangan berkelanjutan mencapai US$55,9 milliar atau setara dengan Rp809,75 trilliun. Hampir 50 persen bank di Indonesia, yang mewakili 91 persen total aset pasar perbankan, juga telah menunjukan peningkatan komitmen dalam penerapan keuangan berkelanjutan.

Partisipasi Perbankan dalam Keuangan Berkelanjutan

Saat ini, kesadaran untuk mendukung pembangunan ekonomi berkelanjutan semakin besar. Keselarasan antara kepentingan ekonomi, yang berujung pada kesejahteraan dan lestarinya alam dan lingkungan menempati prioritas teratas semakin banyak kalangan.

Presiden Joko Widodo juga telah mengungkapkan dukungannya terhadap berbagai upaya pembangunan ramah lingkungan pada KTT COP 26 yang diselenggarakan di Glasgow, Skotlandia pada November lalu.

Menyadari pentingnya peran bank dalam mendorong perubahan industri menjadi lebih ramah lingkungan, Standard Chartered telah memutuskan untuk memasukkan berbagai pertimbangan aspek lingkungan dan sosial dalam melakukan bisnisnya sejak 1997, pada saat masih banyak institusi sejenis belum melakukannya.

Untuk semakin menunjukkan keseriusannya, Standard Chartered juga telah mengumumkan sikapnya untuk membatasi dukungan keuangan secara ketat bagi jenis-jenis usaha yang dapat berdampak negatif terhadap lingkungan, misalnya, industri ekstraktif, seperti batu bara, minyak dan gas, pertambangan dan logam, pembangkit listrik berbahan bakar fosil, nuklir, agroindustri seperti kelapa sawit, tembakau, perikanan dan eksplorasi hasil hutan lainnya.

Standard Chartered saat ini telah membentuk tim khusus keuangan berkelanjutan (Sustainable Finance) dan divisi khusus untuk membantu perusahaan bertransisi ke keuangan berkelanjutan (Energy Transition Desk) guna membantu para nasabah bertansisi ke model usaha yang lebih berkelanjutan.

Sebagai pemimpin di ceruk keuangan berkelanjutan (Sustainable Finance), Standard Chartered juga tercatat telah berhasil memobilisasi dana sebesar US$5 miliar untuk pembiayaan campuran bagi pengembangan sektor publik dan nasabah-nasabah organisasi.

Bank ini juga memberikan pendampingan bagi pemerintah ketika berhadapan dengan isu-isu terkait keuangan berkelanjutan. Pada Februari 2020, Standard Chartered menjadi satu-satunya bank yang dilibatkan dalam pertemuan tingkat tinggi tentang investasi ramah lingkungan di Papua dan Papua Barat, termasuk pertemuan yang membahas mengenai perkembangan struktur pembiayaan karbon.

Lebih lanjut, di Juni 2020, Standard Chartered mengambil bagian sebagai Joint Green Structuring Advisor dalam penerbitan sukuk hijau senilai 750 juta Dolar AS dari pemerintah Republik Indonesia.

Semakin berkembangnya sumber-sumber listrik ramah lingkungan tentunya akan semakin mengurangi ketergantungan Indonesia kepada pembangkit listrik tenaga fosil, yang berimbas buruk pada lingkungan hidup. Oleh karena itu, berbagai upaya menggulirkan program dan inisiatif terkait keuangan berkelanjutan terus dijalankan Standard Chartered.

Pada Mei 2021, Standard Chartered bekerja sama dengan DBS, Singapore Exchange dan Temasek, untuk mengumumkan terbentuknya Climate Impact X (CIX), yang bertujuan untuk memfasilitasi pertukaran karbon tingkat global dan pasar kredit karbon (carbon credit).

Penerapan ekonomi berkelanjutan yang mengedepankan pendekatan ramah lingkungan, seperti penggunaan panel surya, menjadi salah satu prioritas utama
Penerapan ekonomi berkelanjutan yang mengedepankan pendekatan ramah lingkungan, seperti penggunaan panel surya, menjadi salah satu prioritas utama (Katadata)

Masih pada 2021, Standard Chartered juga mengumumkan pembiayaan terhadap proyek Pembangkit Listrik Tenaga Surya Terapung (PLTS) di Waduk Cirata, Jawa Barat, yang mempunyai kapasitas 145 MW.

Setelah selesai, nantinya PLTS Waduk Cirata akan menjadi pembangkit listrik bertenaga surya terapung yang terbesar di Kawasan Asia Tenggara, dan akan mampu menyediakan kebutuhan listirk bagi 50.000 rumah dan menciptakan 800 tenaga kerja baru.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...