Indonesia Siapkan Diri Jadi Pusat Ekonomi Digital
Indonesia saat ini merupakan rumah bagi 202,6 juta pengguna internet, salah satu yang terbesar di dunia. Dari kacamata Gross Merchandise Value (GMV), maka potensi ekonomi digital Indonesia merupakan yang terbesar diantara negara anggota ASEAN yang lainnya.
Produk Domestik Bruto ((PDB) ekonomi digital Indonesia yang saat ini angkanya telah mencapai Rp 632 triliun, atau sekitar US$ 45,15 milliar, diperkirakan akan bertambah 8 kali lipat pada 2030, atau mencapai Rp 4.531 triliun.
Sadar akan potensi yang luar biasa besar dan menjanjikan, Indonesia terus membangun dan berbenah. Panggung yang lebih besar sedang dibuat. Indonesia telah menggelar jaringan tulang punggung sepanjang 342.000 km, memanfaatkan 9 jenis satelit komunikasi dan mempunyai tiga penyedia jasa telekomunikasi yang telah mampu menggelar jaringan 5G.
Penyediaan infrastruktur ini akan berguna bagi peningkatan berbagai macam industri, tidak hanya telekomunikasi. Bahkan, pemerintah tengah menyiapkan Satria-1, kependekan dari Satelit Komunikasi Indonesia Raya-1, sebuah satelit multifungsi yang nantinya akan berperan signifikan dalam pengembangan performa jaringan 5G di tanah air.
Berdasarkan pemetaan kondisi terakhir inilah, pemerintah telah menetapkan tiga fokus utama dalam pembangunan ekonomi digital nasional. Pengembangan talenta digital menduduki urutan teratas.
Berdasarkan temuan termutakhir dari Kementerian Komunikasi dan Informatika, Indonesia membutuhkan asupan 600.000 talenta digital setiap tahunnya. Di urutan kedua, yang juga tidak kalah penting adalah pembangunan berbagai macam infrastruktur digital yang lebih agresif.
Target prioritas selanjutnya adalah pembangunan ekosistem digital, dibarengi dengan inovasi pada industri digital dan juga peraturan yang selalu dapat mengikuti dinamika perkembangan zaman.
Selain target nasional, pemerintah juga telah membuat daftar berisi lima tantangan yang akan dihadapi dalam upayanya untuk membesarkan industri ekonomi digital ini. Keamanan siber menduduki peringkat pertama.
Pemerintah jelas masih mempunyai PR besar dalam hal memajukan keamanan siber ini, terlebih dengan maraknya berbagai macam serangan siber pada berbagai instansi, baik negara maupun swasta, dan juga keamanan data personal yang masih sering diacak-acak oleh para peretas.
Persaingan ketat dalam mewujudkan harapan ekonomi digital juga tidak bisa dianggap enteng. Ambisi besar ekonomi digital bukan hanya milik Indonesia, melainkan juga berbagai negara lainnya.
Tantangan ketiga, yang juga menjadi PR besar adalah kesiapan sumber daya manusia. Ketersediaan akses internet dan regulasi menjadi dua tantangan terakhir yang harus mampu diolah, dari kekurangan menjadi kekuatan.