Asosiasi E-Commerce: Tanah Abang Sepi Bukan Hanya karena TikTok
Pemerintah resmi melarang TikTok memfasilitasi transaksi jual beli. Langkah ini ditempuh setelah publik menyoroti pedagang Tanah Abang yang sepi pembeli, termasuk saat live streaming di platform e-commerce.
Ketua Bidang Business and Development Asosiasi E-Commerce Indonesia atau idEA Mohammad Rosihan menilai sepinya penjualan di pasar offline bukan semata lantaran peralihan perilaku konsumen ke digital.
Rosihan menyampaikan, dirinya juga pelaku usaha. Menurutnya, salah satu penyebab Pasar Tanah Abang sepi yakni menurunnya pembelian dari pelaku usaha di daerah.
“Kami tidak lagi banyak yang membeli ke Tanah Abang, karena penjualan di daerah juga sepi. Mungkin ini juga menyangkut turunnya daya beli,” kata Rosihan saat diskusi dengan Kemendag, Kominfo, dan Asosiasi UMKM dikutip dari keterangan pers, Rabu (27/9).
Salah satu pelaku usaha yang menggunakan semua kanal digital Andre pun mengatakan dirinya memperoleh keuntungan dengan memanfaatkan social-commerce seperti TikTok Shop.
“Dengan sistem algoritme yang diberlakukan, penjualan bisa terdongkrak,” ujar Andre.
Ia bekerja sama dengan konveksi lokal dalam memproduksi produk. “Kami menjual dengan harga yang keuntungannya tidak terlalu besar, tapi penjualan bisa banyak. Memang ada insentif diskon dari platform, namun kuotanya terbatas,” katanya.
Peneliti industri digital Ignatius Untung menyampaikan transfer data dilakukan oleh semua platform digital untuk relevansi pencarian yang bertujuan membantu konsumen.
“Pemilik Google, e-commerce, media sosial berbeda. Tetapi melakukan hal yang sama,” ujar Ignatius.
Sementara Ketua Umum Asosiasi UMKM Indonesia atau Akumindo Harris Sofyan Hardwin khawatir dengan pelaku usaha besar yang menggaet influencer. “Pemain besar mungkin bisa mendorong tayangnya produk, banting harga, dan lainnya,” kata Harris.
Di satu sisi, banyak pelaku UMKM yang belum mengikuti pelatihan berjualan online. “Banyak juga yang live streaming di Tiktok Shop, tapi secara penjualan belum maksimal,” Harris menambahkan.
Oleh karena itu, perusahaan seperti TikTok dan e-commerce perlu memberikan pelatihan dan program literasi digital untuk pedagang online.