Mengenal Temu, E-commerce Cina yang Tiga Kali Ditolak Masuk Indonesia
Pesaing TikTok asal Cina yakni Temu ternyata sudah tiga kali mendaftarkan merek dagang ke Kementerian Hukum dan HAM Indonesia, namun terus ditolak. Apa alasannya?
Staf Khusus Menteri Koperasi dan UKM Bidang Pemberdayaan Ekonomi Kreatif Fiki Satari menyampaikan, e-commerce asal Cina itu berupaya mendaftar ke Indonesia sejak September 2022.
Akan tetapi, upaya berulang Temu itu gagal karena sudah ada merek serupa yang beroperasi di Indonesia. "Namun, ini terus dibanding," ujar Fiki dikutip dari Antara, Selasa malam (6/8).
Selain itu, Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan atau Kemendag Isy Karim mengatakan, model bisnis Temu yakni produsen langsung menjual produk ke konsumen atau manufacture to customer (MtoC).
"Itu tidak bisa berlaku di Indonesia. Mereka akan terganjal peraturan pemerintah, ada PP Nomor 29 Tahun 2021 mengenai distribusi. Produsen tidak bisa langsung masuk ke konsumen," ujar Isy di Gedung DPR, Jakarta, pada Juni (13/6).
PP 29 Tahun 2021 mengatur tentang kebijakan dan pengendalian ekspor dan impor, penggunaan atau kelengkapan label berbahasa Indonesia, distribusi barang, sarana perdagangan, standardisasi, pengembangan ekspor, metrologi legal, serta pengawasan kegiatan perdagangan dan pengawasan terhadap barang yang ditetapkan sebagai barang dalam pengawasan.
Selain itu, Indonesia memiliki Peraturan Menteri Perdagangan alias Permendag Nomor 31 Tahun 2023 tentang Perizinan Berusaha, Periklanan, Pembinaan, dan Pengawasan Pelaku Usaha dalam Perdagangan melalui Sistem Elektronik.
Apa Itu Temu?
E-commerce asal Cina Temu resmi merambah pasar Thailand, Malaysia, dan Filipina. Temu di Thailand menawarkan berbagai macam barang lintas-negara dengan ulasan dan peringkat global untuk barang-barang populer. Meskipun ada rumor Temu meluncurkan barang bermerek di Asia Tenggara, sebagian besar barang di situs Thailand saat ini tidak bermerek.
Anak usaha Pinduoduo atau PDD Holdings itu menawarkan gratis ongkir pengiriman standar untuk hampir semua pesanan. Waktu pengiriman sekitar lima hingga 20 hari.
Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki menyampaikan, e-commerce Temu memasok produk kebutuhan sehari-hari atau consumer goods yang terhubung dengan 25 pabrik di Cina langsung ke konsumen. Proses ini menghilangkan peran reseller, affiliator, dan distributor, sehingga harga produknya murah.
"Ini sudah masuk beberapa negara ASEAN. Saya sudah sampaikan ke Presiden Jokowi, ini jangan sampai masuk ke Indonesia. Kalau masuk, UMKM tidak bisa bersaing. Kalau produksi lumpuh, pengangguran meningkat, daya beli turun,” kata Teten di Nusa Dua, Bali, November tahun lalu.
E-commerce asal Cina itu memiliki uang kas bruto atau gross cash US$ 31,9 miliar, menurut laporan Momentum Works. Nilainya tiga kali lipat dibandingkan Shopee US$ 10,3 miliar dan Tokopedia US$ 1,7 miliar. Perbandingan uang tunai bersih atau net cash ketiga perusahaan tersebut dapat dilihat pada Bagan di bawah ini:
Net cash biasanya digunakan untuk keperluan operasional sehari-hari, pembayaran utang, dan kegiatan bisnis lainnya. Ini juga menjadi salah satu faktor yang ditinjau untuk mengevaluasi likuiditas perusahaan dan stabilitas keuangan jangka pendek.
Induk Temu yakni Pinduoduo atau PDD Holdings sudah mencatatkan keuntungan. Begitu juga dengan induk Shopee, Sea Ltd.