Agregator Fintech Pembayaran Cashlez Targetkan 5 Ribu Mitra Tahun Ini
Perusahaan agregator financial technology (fintech) pembayaran PT Cashlez Worldwide Indonesia (Cashlez) menargetkan jumlah mitra hingga 5 ribu pada 2019. Untuk itu, Cashlez fokus menggandeng lebih banyak fintech pembayaran.
Hari ini (13/1), Cashlez bekerja sama dengan PT Visionet Internasional (OVO). "Kami target bisa 4 ribu hingga 5 ribu mitra tahun ini," ujar Chief Executive Officer Cashlez Teddy Tee di Graha Mitra, Jakarta, Rabu (13/2).
Saat ini, jumlah mitra yang menggunakan layanan Cashlez sebanyak 3 ribu yang tersebar di Indonesia. Teddy menyampaikan, perusahaannya fokus menggaet mitra di daerah tujuan wisata seperti Batam dan Medan, di Sumatera.
Yang teranyar, Cashlez masuk ke Bali. "Kami akan buka (pasar) di Surabaya, Jawa Timur dan Bandung, Jawa Barat. Papua dan Nusa Tenggara juga menarik," kata Teddy.
(Baca: Dorong Ekonomi Keumatan, Ma'ruf Janji Kembangkan Fintech Syariah )
Sebelum dengan OVO, Cashlez sudah menyediakan layanan pembayaran Yap! dari PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI), TCash milik PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel), Jenius dari PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN) Tbk, PT Maybank Indonesia Tbk, PT Bank Mandiri Tbk, Mastercard, dan Visa.
Ke depan, Teddy ingin memperluas layanan pembayaran seperti Go-Pay dari Gojek. "Kami akan kaji kemitraan lain kalau itu berpengaruh terhadap mitra (pengguna) kami. Kalau ada 10 ternyata tujuhnya tidak aktif, ya kami ambil yang aktif saja," kata dia. Cashlez fokus menggaet fintech pembayaran yang banyak digunakan.
Transaksi menggunakan kartu kredit, debit, maupun fintech pembayaran melalui platform Cashlez dilakukan merata. Namun, secara nominal, 80% transaksi melalui Cashlez dilakukan menggunakan kartu kredit.
Sebagai agregator di bidang fintech pembayaran, Cashlez menjual mesin pembaca kartu. Ada tiga jenis yang dia jual yakni Simply-Print Bluetooth Printer; Cashlez Reader Printer; dan, Cashlez Reader Non Printer. Mesin ini akan terhubung dengan ponsel pintar (smartphone) konsumen, sehingga memudahkan proses pembayaran.
(Baca: PP E-Commerce dan 3 Kebijakan Ekonomi Digital Bakal Dirilis Tahun Ini)
Ketika konsumen membeli produk dengan metode pembayaran OVO misalnya, harus menyantumkan nomor ponsel. Dengan menggunakan mesin Cashlez ini, konsumen tak perlu lagi menyantumkan nomor ponselnya.
Pada Oktober 2018, Cashlez meluncurkan fitur baru berupa layanan mesin kasir (Point of Sale/POS). Dengan fitur tersebut, para pemilik Usaha Kecil dan Menengah (UKM) bisa memproses dan mencatat transaksi dengan lebih mudah. Tujuan fitur POS ini untuk mendorong lebih banyak pelanggan menggunakan layanan payment gateway Cashlez.
Teddy mengatakan, masyarakat Indonesia masih terbiasa bertransaksi secara tunai dan menggunakan kartu. Pola kebiasaan inilah yang menurutnya menjadi tantangan. Untuk itu, ia akan fokus melakukan pemasaran secara online dan offline.
Lalu, dari sisi permodalan juga menurutnya lumayan sulit. "Buat infrastruktur pembayaran tidak mudah dan murah. Kami harus memenuhi aturan keamanan yang ada, harus punya tenaga ahli di bidangnya, yang paling banyak dari bank,"
Adapun Cashlez mendapat pendanaan senilai US$ 2 juta atau sekitar Rp 26 miliar pada Juli 2017 lalu. Pendanaan itu dipimpin oleh Mandiri Capital Indonesia dan beberapa investor lain seperti Gan Kapital. Cashlez didirikan pada 2015 dan mulai beroperasi pada September 2016.