Teknologi di Balik Livin’ Bank Mandiri: Atasi Ratusan Juta Transaksi
Bank Mandiri membuka wacana memisahkan bisnis alias spin off Livin’ menjadi bank digital. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ini pun mengungkapkan, teknologi yang dibutuhkan dalam mengoperasikan Livin’.
SVP Digital Banking Delivery Bank Mandiri Victor Erico Korompis mengatakan, aplikasi pembayaran Livin’ by Mandiri memiliki 12.000 request atau transaksi per detik. Oleh karena itu, bank harus memiliki infrastruktur yang dapat menampung permintaan dengan volume sebesar ini.
“Kami menyiapkan infrastruktur sampai 50 ribu per detik,” kata Victor dalam acara Sibernetik x Katadata ‘Winning in Digital Disruption Era’, Rabu (28/9). Teknologi yang dimaksud yakni data streaming platform.
Perusahaan milik negara itu juga menggunakan layanan penyimpanan data Microsoft.
Selain itu, ada auto scalling yakni layanna yang secara otomatis menyesuaikan sumber daya komputasi (cloud) berdasarkan volume permitaan pengguna. Ketika permintaan akan sumber daya komputasi meningkat, auto scalling otomatis menambahkan elastic compute service (ECS) instan.
“Ketika request datang, otomatis jumlah (kapasitas) server kami itu bisa bertambah secara otomatis,” ujar Victor. “Jadi tidak perlu menunggu orang mengambil tindakan, dia (mesin) langsung melakukan autoscalling.”
Ia mengatakan bahwa infrastruktur seperti itu hanya bisa dicapai dengan teknologi terkini. “Rata-rata memang open source,” katanya.
Bank Mandiri pun mengerahkan 350 talenta digital Indonesia, yang menguasai teknologi Microsoft, data streaming, in memori database, dan sebagainya. Teknologi ini dinilai mendukung transaksi dengan volume ribuan per detik.
“Sekarang channel kami volumenya 578 triliun dalam satu quarter. Bisa dibayangkan transaksinya banyak sekali,” kata dia.
Bank Mandiri Kaji Livin’ Jadi Bank Digital
Bank berpelat merah itu membuka wacana pemisahan bisnis dari induk alias spin-off atas aplikasi super Livin' by Mandiri sebagai bank digital. Rencana ini disampaikan dalam Rapat Dengar Pendapat Komisi XI DPR, Kamis (28/9) di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta.
Direktur Utama Bank Mandiri Darmawan Junaidi menyampaikan, Livin' mempunyai kemampuan untuk dikembangkan sebagai unit terpisah menjadi bank digital. Hanya saja, rencana ini masih dikaji perusahaan.
"Ada peluang Livin’ kami jadikan (unit sendiri), spin-off menjadi bank digital terpisah karena memiliki kemampuan untuk itu. Tapi ini masih kajian dan akan terus dikembangkan," ujar Darmawan.
Perusahaan memiliki kemampuan dari sisi kecukupan modal untuk melakukan aksi korporasi berupa merger dan akuisisi (M&A). Emiten dengan kode BMRI memiliki rasio kecukupan modal di angka 19%.
"Tentu apabila ada peluang itu mungkin kami lakukan," ujarnya. Darmawan juga menyebutkan bahwa Livin’ mampu mengatasi 50 ribu transaksi per detik dari saat ini 15.000 transaksi.
Bank Mandiri mengantongi laba bersih Rp 20,2 triliun selama semester I atau meningkat 61,7% secara tahunan (year on year/yoy). Pertumbuhan ini ditopang oleh perolehan marjin bunga bersih yang secara konsolidasi mencapai 5,37% pada kuartal II atau naik 32 basis poin (bps).
Sedangkan penyaluran kredit mencapai Rp 1.138,31 triliun atau tumbuh 12,22%. Nilai ini di atas rata-rata industri 10,7% yoy.