Diambil Alih Binance, Tokocrypto Tunda Rencana IPO
Startup perdagangan aset kripto Tokocrypto menunda rencana pencatatan saham perdana alias initial public offering (IPO), terutama setelah Binance menambah kepemilikan saham menjadi 100%.
Tokocrypto awalnya merencanakan IPO sejak 2021. Namun wacana menjadi perusahaan publik ini ditunda setelah CEO Pang Xue Kai menjadi Yudhono Rawis akhir tahun lalu.
“IPO, rencana yang bisa dibilang tertunda dan bukan prioritas kami saat ini,” kata Yudhono dalam acara media gathering Tokocrypto di Jakarta, Rabu pekan lalu (9/8).
Alasannya karena ada tambahan modal dari investor, yakni Binance. “Saya pikir modal yang ada sudah cukup,” ujar dia.
Namun platform perdagangan aset kripto itu berencana membuka pendanaan dari eksternal alias private fundraising.
Selain itu, menjajaki peluang kerja sama dengan perusahaan potensial seperti sektor perbankan, e-commerce, kuliner, dan grup media. Kemitraan ini bertujuan memberikan nilai tambah bagi ekosistem misalnya, Tokocrypto dapat mengakses basis pelanggan dan kolaborasi untuk produk ritel atau business to business (B2B).
Yudhono menegaskan bahwa fokus utama Tokocrypto saat ini yakni membangun strategi bisnis yang kuat dan tetap menjadi nomor satu dalam hal volume perdagangan aset kripto di pasar lokal.
Berdasarkan riset CoinGecko pada Juni, pangsa pasar Tokocrypto melonjak dari 23,4% pada awal 2022 menjadi 43%.
Platform perdagangan aset kripto itu memiliki lebih dari tiga juta pengguna terdaftar. Rata-rata volume transaksi sekitar US$ 300 juta per bulan sepanjang semester I.
Tokocrypto menawarkan 350 aset kripto yang diperdagangkan. Total pajak yang disetorkan oleh startup ini Rp 42,4 miliar selama Januari – Mei.
Sementara rencana IPO diungkapkan oleh CEO Tokocrypto Pang Xue Kai pada 2021, bahwa perusahaan berencana melantai di bursa saham dalam dua atau tiga tahun ke depan. Ini artinya, bisa terjadi pada 2023 atau 2024.