Gojek Beri Pelatihan bagi Seribu Mitra di Lima Kota
Gojek menyelenggarakan program Bengkel Belajar Mitra (BBM) untuk pengembangan keterampilan khusus mitra pengemudi seperti pelatihan Bahasa Inggris dan pengelolaan keuangan. Sejak Oktober 2018, program BBM Gojek telah menjangkau lebih dari seribu mitra pengemudi di Jakarta, Bandung, Medan, Makassar, dan Surabaya.
Vice President Transport Marketing Gojek Monita Moerdani menyatakan, berbagai pelatihan ini menjadikan mitra pengemudi sebagai sumber daya manusia yang berkualitas. "Survei mitra pengemudi yang ikut program, 90% berminat untuk mencari penghasilan tambahan, kami ingin menyiapkan wadah pelatihan komprehensif," kata Monita di Jakarta, Jumat (5/4).
Dia menjelaskan ada dua jenis program dalam BBM, yaitu pengembangan layanan untuk konsumen dan peningkatan kemampuan diri mitra pengemudi. Gojek berencana untuk meluaskan pelatihan secara rutin di seluruh daerah operasional.
Untuk pengembangan layanan konsumen, ada empat pelatihan yang mencakup pelatihan bahasa Inggris, pelatihan pertolongan pertama pada keselamatan (P3K), pelatihan otomotif, dan pelatihan antikekerasan seksual. "Pengguna Gojek ada dari mancanegara, kami ingin kualitas mitra pengemudi bisa memenuhi kebutuhan turis asing," ujar Monita.
(Baca: Dikabarkan Jadi Decacorn, Gojek: Pangsa Pasar Kami Tertinggi)
Sementara itu, program pengembangan kemampuan diri mitra pengemudi, tipe pelatihannya adalah pengelolaan keuangan serta wirausaha. Sehingga, sopir Go-Jek dan Go-Car bisa melakukan pengelolaan keuangan dengan cerdas serta optimalisasi pendapatan untuk jadi wirausaha mandiri.
Gojek pun telah menggandeng beberapa mitra seperti English Todaya, English First, Solve Education, Siaga, Yamaha, dan Jouska. Untuk pelatihan wirausaha, berbagai usaha rintisan yaitu Martabak Orins, Ayam Geprek Jeletot, dan Primarasa juga ikut ambil bagian.
Chief Executive Officer (CEO) Siaga, perusahaan rintisan untuk edukasi cepat tanggap darurat, Ivan Muliadi, mengungkapkan edukasi pertolongan sangat penting dalam masyarakat. Sebab, jumlah tenaga medis jauh lebih sedikit daripada kebutuhan layanan kesehatan.
Dia memberi contoh, rata-rata perbandingan dokter dan orang yang butuh tindak lanjut sebesar 1:600 di Jakarta. Apalagi, di daerah lain yang jumlah dokternya lebih sedikit. "Kami ingin mengantisipasi tren kecelakaan lalu lintas," ujar Ivan.
(Baca: Perjalanan Panjang Gojek Menjadi Decacorn)
Kemudian, CEO Jouska Farah Dini Novita menegaskan sebagai perusahaan perencanaan pengelolaan keuangan, dia ingin memberikan fokus supaya masyarakat merasa manfaat kepada tabungan semakin tinggi. Farah berharap program langsung kepada kelas menengah ke bawah memicu perubahan gaya konsumsi dalam masyarakat.