Tak Hanya Perbankan, Pekerjaan Lain Berpotensi Hilang di Masa Depan

Miftah Ardhian
26 September 2017, 13:20
Chatib Basri
Donang Wahyu | KATADATA
Chatib Basri menyarankan pemerintah meningkatkan kesadaran dan kepekaan atas hilangnya beragam pekerjaan akibat inovasi teknologi.

(Baca juga: Lewat 'Jenius', Nasabah BTPN Bisa Buka Deposito Lewat Ponsel)

Sementara, pekerjaan yang akan berkembang di bidang bisnis dan keuangan, management, komputer dan matematika, arsitektur dan engineering, sales, pelatihan dan edukasi. Chatib mengatakan, pekerja ke depannya pun diharapkan dapat beradaptasi dengan kondisi ini, karena perusahaan tidak akan bertahan hanya dengan pekerja yang tidak memiliki skill.

"Saya tadinya mikirnya masih jauh tapi ternyata jauh lebih cepet dari pada yang saya bayangkan," ujarnya.

Kondisi ini dialami oleh seluruh negara. Chatib menyatakan pemerintah dapat berperan dengan membuat regulasi yang fleksibel dalam mengatasi tantangan dari disruptive innovation.

Chatib melanjutkan, fleksibilitas tersebut bisa ditelurkan dengan beberapa pertanyaan yang harus dijawab oleh pemerintah. Pertama, sejauh mana regulator bisa mengejar perkembangan inovasi ini. Kedua, mungkinkan pemerintah memiliki kebijakan publik dan fiskal yang agile, yakni kebijakan yang bisa cepat berubah mengikuti perkembangan.

Ketiga, bagaimana cara pemerintah memitigasi ketimpangan, seperti pajak untuk penggunaan robot dan penarikan kepada kelompok orang super kaya. "Tapi secara historis ini tidak pernah ada. Pemerintah tidak pernah membuat kebijakan yang fleksibel," uajrnya.

Dirinya mencontohkan, selain akan menggerus pekerjaan konvensional yang ada saat ini, pola perilaku generasi millenial pun berbeda dengan generasi sebelumnya.  Generasi ini enggan mengikuti aturan yang kaku, khususnya terkait jam kerja dan keperluan datang ke kantor setiap harinya. Dengan demikian, UU ketenagakerjaan pun menjadi tidak relevan lagi ke depannya yang mengatur secara rinci akan jam kerja dan hal lainnya.

Chatib mengatakan, meskipun pemerintah belum mengeluarkan aturan yang fleksible, paling tidak dengan banyaknya diskusi terkait tantangan hal ini dapat meningkatkan kesadaran pemerintah untuk bisa mencari solusi atas permasalahan yang timbul ke depannya.

"Tahap paling awal yang bisa dilakukan memang menciptakan awareness. Karena ini (disruptive innovation) berlangsung terlalu cepat. Kita belum sepat berpikir dengan baik, tapi ini sudah terjadi dan terus berkembang," ujarnya.

Halaman:
Editor: Yuliawati
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...