Startup Diprediksi Kehilangan Potensi Investasi Rp 463 T Akibat Corona

Cindy Mutia Annur
6 April 2020, 13:50
Startup Diramal Kehilangan Potensi Investasi Rp 463 Triliun Akibat Pandemi Corona
ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra
Ilustrasi, petugas menata uang Dolar AS di Cash Pooling Bank Mandiri, Jakarta, Kamis (28/11/2019).

Investor memilih untuk melihat dan menunggu (wait and see) di tengah pandemi corona. Startup Genome pun memperkirakan, perusahaan rintisan kehilangan potensi investasi US$ 28 miliar atau sekitar Rp 463 triliun pada awal tahun ini.

Perusahaan di bidang riset itu menilai, bisnis sejumlah startup akan terdampak signifikan jika kondisi itu tak segera diatasi. Sebab, rerata perusahaan rintisan mencari penggalangan dana dalam 12 hingga 18 bulan. Putaran pendanaan dilakukan selama tiga sampai enam bulan.

“Keringnya kesepakatan pendanaan dari modal ventura selama enam bulan akan menghapus Sebagian besar porsi startup,” demikian dikutip dari e.27, akhir pekan lalu (3/4). Kondisi ini juga akan menekan daya beli konsumen hingga mundurnya pemasok bahan baku.

Di Tiongkok misalnya, kesepakatan modal ventura untuk memberikan pendanaan kepada startup terkontraksi 50 sampai 57 poin selama dua bulan. Hal ini berdampak secara global, sebab investor Negeri Panda menanamkan modal ke banyak negara.

(Baca: Suntikan Dana Investor Diprediksi Anjlok 20%, Startup Harus Efisiensi)

Prediksi itu disampaikan melalui laporan berjudul 'The ?COVID-19 and Startup Ecosystems Series' yang dirilis awal bulan ini. Laporan ini ditulis oleh Founder sekaligus CEO Startup Genome JF Gauthier dan Chief Innovation Officer Arnobio Morelix.

Anggota Dewan Penasihat Genome Startup Jean Philbert Nsengimana mengatakan, pemerintah dan para pemimpin perusahaan swasta harus proaktif membantu startup bertahan di masa-masa sulit ini. “Karena mereka akan menjadi mesin penciptaan lapangan kerja dan pemulihan ekonomi begitu gelombang pandemi mereda," katanya.

Berdasarkan data CB Insights, pendanaan ke perusahaan swasta (private market funding), termasuk startup di Asia, diprediksi turun 20% secara tahunan (year on year/yoy) pada kuartal I 2020 akibat pandemi. Hal ini karena investor dan modal ventura memilih untuk menunggu dan melihat kondisi saat ini.

CB Insights mencatat, private market funding di Asia mencapai US$ 18 miliar dan diperkirakan tembus US$ 20 miliar pada kuartal pertama tahun ini. Dibandingkan periode yang sama pada 2019, nilainya turun 20% dan jumlah kesepakatannya anjlok 40%.

(Baca: Startup-startup yang Panen Transaksi dan Rugi Akibat Pandemi Corona)

Data itu berdasarkan pendanaan yang diumumkan sejak awal tahun ini. Secara global, CB Insights mencatat private market funding di Asia mencapai US$ 67 miliar dan diperkirakan tembus US$ 77 miliar. Nilainya turun 11,5% dibandingkan kuartal pertama 2019.

Kini, banyak negara menghadapi pandemi corona. Di Indonesia, investor dan modal ventura juga wait and see sebelum memberikan pendanaan ke startup. “Tentu kami menunda investasi-investasi yang kami rasa perlu dipertimbangkan,” kata Ketua Asosiasi Modal Ventura Indonesia (Amvesindo) Jefri Sirait kepada Katadata.co.id, pekan lalu (31/3).

Investasi yang dipertimbangkan yakni yang terdampak pandemi corona secara signifikan. Sedangkan startup-startup yang dinilai mendukung kebijakan pemerintah menekan penyebaran virus corona masih berpotensi diberikan pendanaan.

Startup yang dimaksud seperti di bidang kuliner (food and beverage), kesehatan, logistik, dan telekomunikasi. “Saya pikir ini proses yang me-recover satu sama lain,” katanya.

(Baca: Dampak Virus Corona Mengancam Potensi Pendanaan Startup di Asia)

Reporter: Cindy Mutia Annur

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...