Halodoc Tanggapi Peluang Startup Kesehatan Jadi Unicorn
Menteri Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Rudiantara mengatakan, startup kesehatan dan pendidikan berpeluang menjadi unicorn selanjutnya. Menanggapi hal itu, Vice President Marketing Communications Halodoc Felicia Kawilarang menilai pasar kesehatan memang potensial.
Felicia menjelaskan, pemain di sektor kesehatan belum terlalu banyak. Selain itu, pelaku usaha di bisnis ini masih berfokus di Pulau Jawa. Karena itu, menurutnya potensi pasar di bidang ini cukup besar.
"Kami melihat bahwa aplikasi seperti perusahaan kami ini bakal memberikan akses kesehatan yang lebih mudah di seluruh Indonesia. Kami pun melihat sesuatu yang potensial di sini. Jadi kami cukup yakin," kata dia di sela-sela acara Tech In Asia Conference, Jakarta, Selasa (8/10).
Namun, ia enggan berkomentar banyak perihal peluang startup kesehatan menjadi unicorn selanjutnya. Dia juga tidak mau menyebutkan valuasi perusahaannya saat ini.
Dia hanya menyatakan bahwa pasar sektor kesehatan cukup besar, khususnya di luar Pulau Jawa. "Jadi kami merasa, perusahaan kami dan kompetitor punya peluang untuk bisa sukses di Indonesia. Potensi itu sangat besar," katanya.
(Baca: Startup Kesehatan Halodoc Raih Pendanaan Rp 920 Miliar)
Ia menyebutkan, pengguna aktif perusahaannya mencapai delapan juta orang. Per September lalu, Halodoc telah menggaet 22 ribu dokter dan 500 partner rumah sakit di seluruh Indonesia.
Pada Maret lalu, Halodoc meraih pendanaan seri B US$ 65 juta atau sekitar Rp 920 miliar yang dipimpin oleh UOB Venture Management. Tambahan modal itu digunakan untuk pengembangan layanan kesehatan dengan menggandeng lebih banyak mitra penyedia jasa dan asuransi.
Berdasarkan data Frost and Sullivan, nilai industri kesehatan di Indonesia diperkirakan naik dari US$ 7 triliun pada 2014 menjadi US$ 21 triliun tahun ini. Berkaca dari data itu, Halodoc berfokus mentransformasikan sektor kesehatan melalui pemanfaatan teknologi yang mutakhir.
Untuk memperluas pasar, Halodoc pun bekerja sama dengan beberapa investor. Di antaranya Openspace Ventures, Grup Clemont, Blibli.com, InvesIdea, serta dengan Grup Gojek melalui fitur Go-Med.
(Baca: Menyusul OVO, Rudiantara Bocorkan 2 Startup Berpeluang Jadi Unicorn)
Sebelumnya, Rudiantara mengatakan bahwa startup di bidang pendidikan dan kesehatan berpeluang menjadi unicorn selanjutnya. Sebab, pemerintah menganggarkan Rp 500 triliun lebih untuk pendidikan tahun depan.
Sedangkan untuk kesehatan, pemerintah mengalokasikan lebih dari Rp 100 triliun. "Bisnis itu mengikuti aliran uang. Angka-angka itu memberikan gambaran besarnya peluang startup edutech dan healthcare menjadi unicorn di Indonesia," kata dia.
Rudiantara mengatakan, pemerintah berperan memfasilitasi atau mengakselerasi startup supaya bisa berkembang menjadi unicorn. “Kepastiannya (menjadi unicorn atau tidak) ada di tangan para investor dan modal ventura," katanya.
Dalam laporan Google, Temasek, dan Bain bertajuk e-Conomy SEA 2019, ada lebih dari 70 startup yang valuasinya mendekati unicorn (aspiring unicorn) di Asia Tenggara. Mereka sudah memperoleh US$ 1,1 miliar sepanjang Semester I 2019. Sejak 2016 hingga Semester I 2019, startup ini memperoleh US$ 5,9 miliar.
Salah satu startup yang tergolong dalam aspiring unicorn adalah Halodoc. “Kami tidak terkejut jika di antara aspiring unicorn ini menjadi unicorn tahun depan,” kata Joint Head, Investment Group Temasek Rohit Sipahimalani.
(Baca: Riset Google: Investasi ke Startup RI Rp 23,8 T, Terbesar di Regional)