Perusahaan Digital Terimbas Covid-19 Perlu Dukungan
Pelaku ekonomi digital mengalami dampak negatif dari pandemi Covid-19. Bahkan, banyak yang hanya bisa bertahan hingga satu tahun. Oleh karenanya, diperlukan dukungan dari pemerintah agar perusahaan-perusahaan digital bisa terus hidup.
“Bantuan yang paling diperlukan yang siftanya langsung. Kebanyakan yang dibutuhkan riil, yaitu cash apakah untuk membayar gaji atau mempertahankan operasionalnya,” ujar Direktur Riset Katadata Insight Center (KIC) Mulya Amri saat memaparkan hasil survei bertajuk “Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap Pelaku Ekonomi Digital di Indonesia” pada Kamis (9/7).
Selain itu, Mulya menambahkan, perusahaan-perusahaan digital memerlukan keringan pajak. Dukungan untuk sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) juga perlu diimplementasikan dengan lebih cepat dan skala yang lebih luas.
Ia menambahkan, untuk menjaga keberlanjutan hidup para pelaku ekonomi digital, infrastruktur teknologi komunikasi dan informatika (TIK) juga perlu diperluas. Seperti memperbaiki koneksi internet yang memainkan peran penting bagi keberlangsungan bisnis perusahaan digital.
“Mereka menganggap hal yang penting (infrastruktur TIK) tapi kepuasan masih so-so. Bagaimana Indonesia bisa terus meningkatkan kepuasan pelaku digital atas infrastruktur ICT dan literasi digital,” tuturnya.
Dampak yang ditimbulkan oleh Covid-19 dirasakan beragam oleh perusahaan digital. Survei KIC mencatat, semakin banyak sektor usaha yang mengalami penurunan jumlah transaksi. Perusahaan digital yang jumlah transaksinya di bawah 1.000 bertambah dari 56,4 persen pada akhir 2019 menjadi 66,9 persen pada Mei 2020. Turun dari rentang jumlah transaksi 1.000-100.000 dan di atas 100.000.
Begitu pun dengan penurunan nilai transaksinya. Perusahaan rintisan yang memiliki nilai transaksi kurang dari Rp 1 miliar pada akhir 2019 sebesar 58,9 persen. Jumlahnya bertambah menjadi 72,1 persen pada Mei tahun ini. Ini artinya jumlah perusahaan yang memiliki pendapatan lebih dari Rp 1 miliar semakin berkurang.
Head of Marketing and Founding Team Member Kredivo Indina Andamari mengaku, angka pertumbuhan pengguna dan transaksi di Kredivo saat ini melambat. Meski melambat, Kredivo tetap melihat adanya sinyal positif karena teknologi keuangan dapat diandalkan ketika semua orang harus tetap di rumah.
“Ini memudahkan konsumen belanja memenuhi kebutuhan dari rumah, mengurangi risiko tatap muka, juga sistem cashless. Konsumen memanfaatkan pembayaran yang fleksibel dan bunga terjangkau,” ujarnya.
Senada dengan Mulya, Indina berpendapat keberlangsungan bisnis perusahaan digital bergantung pada kualitas infrastruktur, internet, hingga literasi digital. Tanpa hal tersebut akan sulit untuk menjangkau pasar yang lebih luas. Meski demikian, ia berkeyakinan jika ekonomi digital akan cepat bangkit.
“Digitalisasi dan inovasi bisa berjalan hand in hand berjuang hadapi krisis. Saya percaya ekonomi digital yang bisa lebih cepat bounce back,” katanya.
Direktur Jenderal Aplikasi dan Informatika Kementerian Teknologi dan Informatika (Kominfo) Semuel A. Pangerapan mengatakan, secara umum pemerintah sudah menggelontorkan kebijakan terkait pajak untuk menyikapi dampak pandemi.
Selain itu, Kominfo mencoba mengembalikan perusahaan yang terpuruk melalui program 1.000 Startup Digital. Tak hanya terbuka bagi calon pelaku usaha, program ini juga bisa dimanfaatkan oleh mereka yang ingin belajar mengubah konsep usaha agar bisa bertahan di tengah pandemi.
“Ada ekosistemnya sendiri, pertama kita inkubasi dengan menyiapkan pelatihan, lalu bertemu langsung dengan mentor yang sukses, dan kita kenalkan ke fund provider untuk berinvestasi,” katanya.
Semuel berharap berbagai pihak turut bekerja sama membantu perusahaan-perusahaan digital. Pemerintah berupaya untuk memperluas infrastruktur TIK, melakukan percepatan konektivitas, hingga pengembangan sumber daya manusia (SDM). Sedangkan investor bisa membantu pendanaan untuk startup.