Bukalapak Dikabarkan IPO di BEI Agustus, Lewat Perusahaan Cek Kosong?
Startup e-commerce, Bukalapak dikabarkan akan mencatatkan saham perdana alias IPO pada awal Agustus. Unicorn ini juga disebut-sebut mengkaji merger dengan perusahaan akuisisi bertujuan khusus (SPAC).
DealStreetAsia pertama kali melaporkan bahwa Bukalapak berencana melantai di bursa saham Tanah Air. “Akan terdaftar di BEI pda awal Agustus,” ujar sumber yang mengetahui masalah itu, dikutip dari Tech In Asia, Kamis (27/5).
Kabarnya, Mandiri Sekuritas dan UBS akan ditunjuk sebagai penjamin emisi untuk pencatatan publik tersebut.
Langkah itu dilakukan ketika Bukalapak dikabarkan sedang mempersiapkan IPO di bursa Amerika Serikat (AS) lewat SPAC atau perusahaan cek kosong. Jika ini terwujud, valuasi unicorn ini disebut-sebut sekitar US$ 4 miliar hingga US$ 5 miliar.
Perwakilan Bukalapak tidak berkomentar mengenai kabar akan IPO pada awal Agustus. Namun, “kami senantiasa mengeksplorasi kesempatan bagi perusahaan untuk terus bertumbuh dan berkembang secara finansial. Namun, untuk saat ini, kami belum membuat keputusan apapun,” katanya kepada Katadata.co.id, Kamis malam (27/5).
Ia juga tidak menanggapi perihal kabar mengkaji merger dengan SPAC untuk melantai di bursa saham AS. “Fokus kami saat ini yaitu terus mencari strategi yang tepat untuk menjadi perusahaan berkelanjutan dan menciptakan nilai tambah bagi para partner dan pengguna untuk waktu-waktu mendatang,” ujar dia.
Bulan lalu, Bukalapak dikabarkan meraih investasi US$ 234 juta atau sekitar Rp 3,4 triliun. Putaran pendanaan ini dipimpin oleh Microsoft, GIC sovereign wealth fund Singapura, dan konglomerat media di Indonesia, Emtek.
Investor lain yang terlibat dalam pendanaan itu yakni, “cabang investasi Standard Chartered yakni SC Ventures dan portal web Korea Selatan Naver Corp,” demikian isi dokumen dikutip dari Reuters, pertengahan bulan lalu (14/4).
Pada November 2020, Microsoft dan Bukalapak menandatangani kesepakatan kemitraan US$ 100 juta. Melalui kerja sama ini, keduanya berkolaborasi untuk tiga inisiatif. Pertama, membangun infrastruktur tangguh, salah satunya komputasi awan (cloud) dari Microsoft Azure.
Kedua, menjembatani kesenjangan digital. Terakhir, memberikan pelatihan keterampilan digital untuk karyawan Bukalapak dan para pelapak.
Bukalapak optimistis, teknologi tersebut akan mendukung perusahaan melayani masing-masing enam juta mitra Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) online dan warung, serta 100 juta pelanggan.
Pada Januari, unicorn itu juga dikabarkan meraih pendanaan US$ 200 juta atau sekitar Rp 2,8 triliun dari Standard Chartered Plc. Kedua perusahaan juga menjalin kerja sama strategis untuk menyediakan layanan finansial di Indonesia.
“Investor terdahulu, Naver Corp. dan Mirae Asset-Naver Asia Growth Fund juga hampir menandatangani kesepakatan untuk pendanaan tambahan,” kata sumber Bloomberg yang mengetahui hal ini, dikutip pada Januari (14/1).
(BACA JUGA: Mengenal SPAC, Kendaraan Tokopedia untuk Tembus Bursa Saham AS)
Meski tidak mengonfirmasi kabar pendanaan tersebut, CEO Bukalapak Rachmat Kaimuddin mengatakan bahwa partisipasi Standard Chartered akan semakin memperkuat jajaran pemegang saham dan mitra strategis.