Cerita Banting Setir Bos Startup ESB ke Bisnis Software F&B

Amelia Yesidora
23 Juni 2022, 11:53
startup ESB
ESB

Enam tahun menjadi auditor di sebuah firma akuntansi besar, Gunawan Woen banting setir ke bidang usaha makanan dan minuman alias food and beverage (FnB). Tidak seperti usaha FnB lainnya, usaha Gunawan adalah Software as a Service (SaaS) yang dikhususkan bagi klien perusahaan FnB.

Startup software tersebut, kemudian diberi nama Esensi Solusi Buana (ESB) dan berdiri pada 2018. Tiga tahun berselang, startup ESB berhasil meraih pendanaan pendanaan Seri A+ oleh Alpha JWC Ventures senilai US$ 7,6 juta atau setara Rp 100 miliar. 

Ide untuk terjun di bidang FnB ini tidak muncul secara tiba-tiba. Dalam siaran langsung Katadata bersama StartEdgy pekan lalu, CEO EBS yang akrab disapa Gun ini bercerita bahwa sejak kecil sudah tertarik dengan dunia kuliner. Sejak umur tujuh tahun, dia belajar memasak lantaran kurang menyukai masakan ibunya.

“Akhirnya mama saya bilang, ‘udah deh kamu masak sendiri!’ Beneran, saya belajar masak dan saya menemukan something yang menarik di bidang kuliner,” kata Gun beberapa waktu lalu.

Mengikuti arah hatinya, Gun berhasil memperoleh beasiswa di Jepang untuk belajar hospitality. Namun serangan krisis moneter 1998 membuat Gun putar arah untuk belajar akuntansi. Dia harus mengubur impiannya menjadi seorang chef dan menjalani perkuliahan dengan setengah hati.

Dewi Fortuna tampaknya berpihak pada Gun. Sebelum menamatkan kuliah, dia sudah lebih dulu diterima bekerja di firma akuntasi besar, PWC. Alasan dia bisa bekerja saat itu pun cukup sederhana, yakni karena diajak kawannya.

Titik balik karir Gun adalah ketika pasangannya terkena tumor, tepat ketika dia sedang menimbang untuk tetap atau meninggalkan karirnya sebagai auditor. Gun lalu mencoba menjadi seorang pengusaha agar ia memiliki dana yang cukup apabila kelak ada keluarganya yang sakit. Ia memilih untuk menjadi seorang konsultan publik pada 2006 dan inilah awal mula Gun kembali ditarik ke dunia F&B.

Berikut merupakan bagan ekosistem startup ESB untuk meningkatkan keuntungan dan efisiensi kliennya, dengan memanfaatkan teknologi:

Ekosistem Startup ESB
Ekosistem Startup ESB (ESB)

Kembali ke Dunia F&B

Setelah dua tahun membuka jasa konsultan, kantornya didatangi oleh satu perusahaan F&B besar di Indonesia. Perusahaan ini meminta tim Gun untuk menciptakan perangkat lunak atau software yang bisa mengefisiensi pajak dan proses kerja perusahaan. Harapannya tentu agar profit perusahaan meningkat. Berkat pengalaman Gun di bidang akuntansi, pajak, dan keuangan, permasalahan klien ini berhasil ia selesaikan.

“Nah, dari situ ternyata saya jadi dapat banyak banget klien F&B. Jadi ya akhirnya passion saya yang tadinya jadi chef, balik as a consultant di F&B,” kata Gun. 

Selama menjadi konsultan, Gun melihat pengusaha F&B tidak memiliki satu software yang bisa menangani berbagai keperluan usaha. Mereka harus menggunakan berbagai jenis software, mulai dari software Point of Sales (POS) untuk mencatat transaksi jual beli, Enterprise Resource Planning (ERP) untuk mengintegrasikan aktivitas operasional, hingga software pembayaran gaji karyawan. 

Gun melihat ini sebagai peluang yang bisa diambil, dengan mengkombinasikan pengalamannya di bidang konsultan ekonomi dan jaringannya dengan pengembang software. Dalam pengamatannya, pengusaha F&B harus mengintegrasikan berbagai aplikasi untuk berjalan beriringan. Ada juga risiko terganggunya integrasi bila sebuah vendor software sedang melakukan peningkatan sistem. Maka dari itu, Gun menilai hanya ada dua pilihan yang bisa diambil pengusaha F&B, antara memesan satu software kepada vendor atau mengeluarkan uang lebih banyak untuk membuat software sendiri. 

“Tapi ya again kalau mereka bikin sendiri kan ya namanya pengusaha F&B jagonya di jualan makanan, masa pengusaha F&B disuruh bikin software gitu,” jelas Gun. 

Saham Nyaris Diborong

Cerita unik lain yang disampaikan Gun adalah tawaran pembelian 51 % saham startup ESB senilai Rp 12 miliar, padahal usia ESB baru tiga bulan. ESB memulai menawarkan jasanya di Oktober 2018 dan kala itu memiliki 16 klien pedagang F&B. Gun bingung menanggapi tawaran tersebut, ia lalu meminta saran dari teman-temannya dan memutuskan untuk tidak menjual kepemilikan ESB.

Berkat saran temannya ini, ia kemudian meneguhkan diri untuk menjadi perusahaan SaaS dengan produk yang solid dan memiliki pasar untuk produk kembangan startup ESB. Oleh karena itu, Gun menggunakan strategi melempar produk ke pasaran alias Go To Market (GTM) yang berbeda dengan perusahaan lain. Bila perusahaan lain memulai dari UMKM dan bergerak ke perusahaan besar, maka startup ESB berjalan sebaliknya. 

Dalam fase GTM ini, Gun justru bertemu dengan seorang investor yang mau mendanai usahanya. Awalnya, Gun menemui investor ini untuk mendapat jaringan ke salah satu pengusaha F&B target dari EBS. Namun investor ini melihat bahwa produk, strategi GTM, dan pasar yang dibidik oleh EBS cukup baik sehingga ia mau mendanai SaaS ini. 

“Jadi itu cerita awalnya saya tuh kecebur di dunia startup,” kata Gun. 

Reporter: Amelia Yesidora

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...