Ditipu Startup Rp2,6 T, JP Morgan Diminta Bayar Pengacara dan Hidup Mewah Pelaku

Desy Setyowati
20 November 2025, 08:14
JP Morgan ditipu startup,
Reuters/Katadata
JP Morgan
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

JP Morgan Chase mengajukan gugatan kepada startup yang diakuisisi senilai US$ 175 juta atau Rp 2,6 triliun pada 2021, bernama Frank. Sudah ditipu, perusahaan keuangan ternama ini justru diminta membayar biaya pengacara hingga hotel Charlie Javice.

Charlie Javice merupakan pendiri Frank, startup penyedia perangkat lunak alias software yang memudahkan mahasiswa mengajukan bantuan keuangan. Ia melepas jabatan sebagai CEO ketika JP Morgan mengakuisisi perusahaan rintisannya.

Dikutip dari The New York Times, pengacara JP Morgan mengatakan Charlie Javive menghabiskan uang untuk peningkatan atau upgrade hotel mewah, makanan mewah, dan mentega selulit, produk perawatan pribadi yang digunakan beberapa orang untuk merawat kulit.

Kwitansi biaya-biaya itu dikirimkan ke JP Morgan, menurut keterangan pengacara dalam persidangan pada akhir pekan lalu (14/11) waktu Amerika Serikat. Secara keseluruhan, Charlie Javice menghabiskan lebih dari US$ 60 juta atau Rp 1 triliun (kurs Rp 16.700 per US$), dan masih terus bertambah.

"Nilai ini belum pernah terjadi sebelumnya dan mengejutkan, yang telah melampaui kewajaran," kata pengacara JP Morgan dikutip dari The New York Times, Selasa (18/11).

Pada Januari 2023, JP Morgan menggugat Charlie Javice soal dugaan penipuan dengan modus membuat hampir empat juta akun pelanggan Frank palsu.

Hal itu diketahui setelah JP Morgan mengirimkan email pemasaran ke 400 ribu pelanggan Frank. Sekitar 70% email bounce back atau tidak dapat terkirim.

JP Morgan mengajukan gugatan ke pengadilan federal dengan rincian dugaan penipuan, sebagai berikut:

  • Charlie Javice mendekati JP Morgan pada pertengahan 2021 tentang kemungkinan penjualan
  • Charlie Javice dinilai berbohong tentang skala startup
  • JP Morgan meminta Javice membuktikan data basis pelanggan Frank selama proses uji tuntas atau due diligence
  • Charlie Javice diduga meminta kepala teknis membuat akun pelanggan palsu menggunakan algoritme, namun ditolak
  • Charlie Javice kemudian diduga menggaet profesor ilmu data di perguruan tinggi di New York untuk membuat jutaan akun palsu. Javice diduga bertanya kepada profesor, "Apakah email palsu akan terlihat nyata dengan pemeriksaan mata atau lebih baik menggunakan ID unik?"
  • Alih-alih mendapatkan bisnis dengan 4,25 juta siswa, JPMorgan hanya memperoleh kurang dari 300 ribu pelanggan

Charlie Javice pun dijatuhi hukuman lebih dari tujuh tahun penjara atas tuduhan penipuan pada September 2025.

Akan tetapi, perempuan berusia 33 tahun itu berhasil memenangkan putusan yang mewajibkan JP Morgan menanggung biaya hukumnya. Hal ini karena dalam perjanjian akuisisi dan ketenagakerjaan yang ditandatangani raksasa keuangan itu saat mengakuisisi Frank, memuat klausul indemnification.

Jika pihak yang terlibat diseret ke pengadilan karena tindakan yang 'dilakukan dalam kapasitas sebagai karyawan', maka perusahaan wajib membayar biaya hukum, termasuk pengacara, hotel hingga hal-hal kecil yang diklaim sesuai kebijakan internal.

JP Morgan pernah keberatan dengan besarnya biaya tersebut. Setelah vonis dijatuhkan, bank memutuskan untuk menghentikan pembayaran.

JP Morgan mengatakan dalam pengajuan banding bulan lalu, bahwa Charlie Javice menunjuk lima firma hukum terpisah. Eks CEO Frank ini beserta para pengacaranya disebut telah memperlakukan putusan awal yang memaksa JP Morgan untuk membayar biaya pembelaann sebagai 'cek kosong untuk ditagih dan dibiayai sesuka hati'.

Pengacara yang disewa Charlie Javice pernah mewakili orang terkaya di dunia Elon Musk, Harvey Weinstein, dan Sam Bankman-Fried.

Juru bicara Charlie Javice membantah kliennya memesan upgrade kamar hotel, makanan mewah, dan mentega selulit. "Dia bilang dia tidak ada hubungannya dengan itu dan itu tuduhan yang konyol," katanya.

Ia menambahkan bahwa Charlie Javice mengikuti kebijakan tertulis JPMorgan, baik sebagai karyawan maupun selama proses hukum.

"Sebagai karyawan, dia memang membeli es krim dan barang-barang lainnya sesuai dengan kode etik JPMorgan," ujarnya. "Dia tidak pernah meminta penggantian apa pun yang tidak secara tegas diizinkan berdasarkan pedoman yang diberikan kepadanya. Pernyataan yang menyatakan sebaliknya sama sekali tidak benar."

Pada 2023, JP Morgan menyatakan bahwa 77 pengacara Charlie Javice berusaha memaksa perusahaan membayar apa pun yang berkaitan dengan Frank. Para pengacara tersebut, menurut JP Morgan, mengumpulkan tagihan per jam mereka dan menghitung blok waktu kerja yang tidak dapat diuraikan.

Bank itu menyatakan telah menghasilkan 1,1 juta halaman dokumen sebagai tanggapan atas panggilan pengadilan pemerintah untuk persidangan terbarunya. Semua aktivitas ini menghasilkan puluhan ribu entri waktu dari pengacara dan pihak lain, katanya, termasuk satu orang yang mengenakan biaya US$ 2.025 per jam.

Secara keseluruhan, JP Morgan sejauh ini telah menawarkan sekitar US$ 115 juta untuk biaya hukum Charlie Javice dan rekannya Olivier Amar. Jika bank gagal mengurangi pengeluaran mereka, biaya yang harus ditanggung keduanya bisa mendekati jumlah penipuan yang mereka lakukan yakni US$ 175 juta atau Rp 2,6 triliun.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...