Elon Musk Buat Perusahaan Induk Hadapi ‘Pil Racun’ Direksi Twitter
Orang terkaya di dunia versi Forbes, Elon Musk sedang membentuk tiga perusahaan induk. Holding ini akan menjadi induk Twitter, jika bos Tesla berhasil membeli saham media sosial itu.
Elon Musk berencana membeli 100% saham Twitter senilai US$ 43 miliar. Namun upayanya ini dihadang oleh dewan direksi Twitter dengan menerapkan strategi pil racun atau poison pill.
Pil racun adalah salah satu taktik untuk mencegah pengambilalihan saham oleh orang atau perusahaan yang tidak diinginkan. Caranya, perusahaan target atau yang akan diambil alih, membuat sahamnya tidak menguntungkan bagi pengakuisisi.
Perusahaan target berusaha memastikan bahwa tawaran akan mengurangi nilai dan daya tarik perusahaan, sehingga merugikan pemilik baru. Strategi ini meningkatkan biaya akuisisi secara signifikan dan menciptakan disinsentif besar.
Langkah itu tidak akan menghalangi Musk menawarkan langsung ke pemegang saham Twitter dengan meluncurkan penawaran tender. Namun pil racun akan mencegah sebagian besar pemegang saham Twitter menjual saham mereka.
Dalam hal ini, Twitter berencana menjual saham dengan harga diskon untuk mencegah upaya pemegang saham mengumpulkan lebih dari 15%. Saat ini, Elon Musk memiliki 9,1% saham perusahaan.
Meski dihadang oleh dewan direksi, orang terkaya di dunia itu mendaftarkan tiga perusahaan holding dengan nama X Holdings I, X Holdings II, dan X Holdings III. Ini diketahui dari catatan yang diajukan oleh Elon Musk ke Delaware, Amerika Serikat (AS).
Elon Musk akan memanfaatkan ketiga perusahaan induk itu untuk memasukkan dana dalam aksi pembelian saham Twitter.
Dalam dokumen pengajuan di Komisi Sekuritas dan Bursa AS, X Holdings I akan mencantumkan Elon Musk sebagai presiden, bendahara, dan sekretaris perusahaan. Perusahaan ini bakal menjadi induk Twitter, jika penawaran pembelian berhasil.
X Holdings II akan bergabung dengan Twitter sebagai bagian dari akuisisi. Sedangkan X Holdings III bakal digunakan untuk mendanai transaksi tersebut.
"Namun, masih belum jelas apakah ketiga perusahaan induk ini akan menaungi bisnis Elon Musk lainnya saat ini, termasuk Tesla dan SpaceX," demikian dikutip dari NDTV, Minggu (24/4).
Pendiri SpaceX itu sebenarnya telah mempertimbangkan untuk membuat perusahaan induk sejak 2012. Pada 2020, Elon Musk bahkan mengatakan bahwa penyebutan holding dengan nama "X" adalah ide yang bagus.
Namun, dia mengatakan bahwa menciptakan perusahaan induk akan rumit. "Tesla diperdagangkan secara publik dan basis investor Tesla, SpaceX dan tentu saja Boring Company dan Neuralink sangat berbeda," katanya.
Upaya pembentukan perusahaan induk tersebut terjadi saat Elon Musk tengah berupaya membeli Twitter. Berdasarkan dokumen komitmen penawaran, bos Tesla ini sudah mengantongi dana US$ 46,5 miliar atau Rp 668 triliun untuk penawaran pembelian Twitter.
"Dokumen tersebut mengonfirmasi bahwa orang terkaya di dunia sedang menjajaki penawaran pembelian saham di Twitter," demikian dikutip dari The Guardian, pekan lalu (21/4).
Dalam dokumen tersebut, Elon Musk menyiapkan US$ 21 miliar atau Rp 301 triliun dana dari dompet pribadi. Kemudian, ia menambahkan ekuitas US$ 12,5 miliar atau Rp 179 triliun dari saham di Tesla.
Sedangkan sisanya, bank-bank, termasuk Morgan Stanley telah menyetujui pemberian utang US$ 13 miliar atau Rp 186 untuk pembelian Twitter itu.
Elon Musk mengatakan, alasan dirinya ingin membeli Twitter karena titik balik bagi peradaban. Ia menyampaikan, kesepakatan yang diusulkan bukan tentang ekonomi bisnis Twitter semata, tetapi memastikan perusahaan tetap menjadi platform tepercaya untuk demokrasi.
"Ini bukan cara menghasilkan uang. Perasaan intuitif saya yang kuat adalah bahwa memiliki platform publik yang dapat dipercaya secara maksimal dan inklusif secara luas sangat penting untuk masa depan peradaban," katanya dikutip CNN International, pekan lalu (17/4).
Sedangkan jumlah pengguna Twitter di 10 negara sebagai berikut: