Apa Itu Starlink, Satelit Milik Orang Terkaya Dunia Resmi Masuk RI
Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) mengonfirmasi bahwa satelit Starlink milik orang terkaya di dunia Elon Musk resmi masuk Indonesia. Anak usaha dari SpaceX ini menyediakan layanan jaringan internet sangat cepat.
Juru bicara Kementerian Kominfo Dedy Permadi mengatakan, kementerian memberikan hak labuh satelit khusus non-geostasioner atau NGSO Starlink kepada PT Telkom Satelit Indonesia (Telkomsat).
"Hak Labuh Satelit itu hanya berlaku untuk layanan backhaul dalam penyelenggaraan jaringan tetap tertutup Telkomsel dan bukan untuk layanan retail pelanggan akses internet secara langsung oleh SpaceX," kata Dedy dikutip dari Antara, Minggu (12/6).
Melalui izin labuh itu, Starlink akan melayani backhaul atau teknologi pemindahan data dari satu infrastruktur telekomunikasi ke telekomunikasi lainnya. Teknologi ini dapat digunakan untuk mendukung penyediaan layanan broadband internet terutama jaringan internet generasi keempat atau 4G.
Layanan internet dikhususkan di wilayah perdesaan atau rural yang belum tersambung secara langsung dengan kabel serat optik.
Dedy mengatakan, layanan satelit Starlink juga hanya dapat beroperasi apabila Telkomsat merampungkan pembangunan gateway station - terestrial component sebagai penerima layanan kapasitas dan urusan izin stasiun radio (ISR) satelit Starlink.
Izin hak labuh juga akan dievaluasi setiap tahun dan dapat diperpanjang berdasarkan hasil evaluasi. Ini sesuai dengan ketentuan perundangan-undangan yang berlaku.
Starlink merupakan anak usaha SpaceX yang bergerak di bidang infrastruktur internet. Perusahaan ini menyediakan ribuan satelit kecil yang dikirim secara massal ke orbit bumi pada posisi rendah.
Dikutip dari CNET, Starlink mulai gencar mengembangkan layanannya sejak 2021. Namun, pengembangan jaringan sebenarnya sudah dimulai sejak 2015. Kemudian, satelit prototipe pertama diluncurkan ke orbit pada 2018.
Sejak saat itu, SpaceX mengerahkan ribuan satelit Starlink ke orbit rendah. Total, ada lebih dari 2.000 satelit yang telah mengorbit.
Melalui satelit orbit rendah itu, Starlink menyediakan layanan internet terutama ke bagian lain di dunia yang belum memiliki akses internet broadband berkecepatan tinggi.
Menurut situs pelacak kecepatan internet Ookla, kecepatan unduh dari satelit Starlink selama kuartal keempat 2021 mencapai 100 megabit per detik (Mbps) di 15 negara berbeda.
Di Amerika Serikat (AS), Starlink menawarkan kecepatan unduh rata-rata sekitar 105 Mbps dan kecepatan unggah rata-rata sekitar 12 Mbps. Kecepatannya lima atau enam kali lebih baik dari rata-rata pesaingnya seperti Viasat dan HughesNet.
"Penggunanya dapat mengharapkan kecepatan data bervariasi dari 50 hingga 150 Mbps dan latensi dari 20 hingga 40 milidetik di sebagian besar lokasi selama beberapa bulan ke depan," kata Starlink dikutip dari CNET pada Mei (14/5).