Balas Dendam, Cina Selidiki Risiko Keamanan Siber Produsen Cip AS
Cina menyelidiki keamanan siber (cybersecurity) ke dalam Micron Technology, salah satu produsen cip memori terbesar di Amerika Serikat (AS), di tengah ketegangan bidang teknologi antara kedua negara,
Hal ini dilakukan sebagai bentuk pembalasan, setelah sekutu AS di Asia dan Eropa mengumumkan pembatasan atas penjualan chip, teknologi utama ke Cina.
Menurut pernyataan pengawas, Cyberspace Administration of Cina (CAC) akan meninjau produk yang dijual oleh Micron di Negeri Panda tersebut.
"Langkah ini bertujuan untuk memastikan keamanan rantai pasok infrastruktur informasi utama, mencegah risiko keamanan dunia maya yang disebabkan oleh masalah produk tersembunyi, dan menjaga keamanan nasional,” ujar salah seorang pengawas dikutip dari CNN.com, Rabu (5/4).
Sebelumnya, AS dan sekutunya telah mengumumkan pembatasan pada industri semikonduktor Cina, yang merupakan inti dari upaya Beijing untuk menjadi negara adidaya teknologi.
Pada bulan Oktober, AS melarang perusahaan Cina membeli chip canggih dan peralatan pembuat chip tanpa lisensi.
Selanjutnya, tepatnya Maret 2023, Belanda juga meluncurkan pembatasan pada penjualan teknologi semikonduktor ke luar negeri, dengan alasan untuk melindungi keamanan nasional.
Kemudian, Jepang, sekutu AS, mengatakan akan membatasi ekspor peralatan manufaktur chip canggih ke negara-negara, termasuk Cina, mengikuti langkah serupa AS dan Belanda.
Pada hari yang sama ketika Jepang mengumumkan pembatasan tersebut, Cina melakukan 'pembalasan'.
“Kami sedang berkomunikasi dengan CAC dan bekerja sama sepenuhnya. Pengiriman produk, teknik, manufaktur, penjualan, dan fungsi lainnya dari Micron beroperasi seperti biasa,” kata seorang pengawas.
Penyelidikan tersebut berpotensi mempengaruhi gerak bisnis Micron yang memperoleh lebih dari 10% pendapatannya dari Cina. Pemerintah Cina melakukan pembatasan sehingga mencegah perusahaan untuk bersaing secara efektif dengan perusahaan Cina.
Dalam perkembangannya, saham Micron merosot 4,4% di Bursa Wall Street, AS, pada akhir perdagangan pekan lalu, menyusul munculnya berita tersebut, penurunan terbesar dalam lebih dari tiga bulan. Pada perdagangan saham, Senin (3/4), saham Micron ditutup 1,2% lebih rendah lagi.