Menkes Pilih Internet Elon Musk, Infrastruktur Kominfo Kenapa?
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin bertemu dengan Elon Musk di Amerika Serikat untuk penggunaan internet. Bagaimana dengan infrastruktur Kominfo atau Kementerian Komunikasi dan Informatika?
Kominfo memiliki satelit Satria yang disebut bisa menjangkau daerah tertinggal, terdepan dan terluar atau 3T. Selain itu, terdapat proyek Palapa Ring dan pembangunan menara internet atau Base Transceiver Station alias BTS.
Menteri Kominfo Budi Arie Setiadi menyampaikan Menkes Budi Gunadi Sadikin meminta untuk diberi akses internet ke 1.200 puskesmas. Rinciannya sebagai berikut:
- 400 puskesmas telah memiliki internet, namun pengiriman datanya sangat lambat
- 800 puskesmas belum mendapatkan internet atau blank spot
Kominfo meminta gugus tugas dan operator seluler yakni Telkom untuk memenuhi kebutuhan Kemenkes tersebut.
"Harus operator seluler karena infrastruktur mereka lebih kuat. Penyelenggara pelayanan telekomunikasi tetap operator seluler,” kata Budi dalam Konferensi Pers Update terkait Pemberantasan Judi Online di Media Center Kominfo di Jakarta, Selasa (8/8).
Terkait Elon Musk, Telkom bekerja sama dengan Starlink. Starlink merupakan anak usaha SpaceX yang bergerak di bidang infrastruktur internet. Perusahaan ini menyediakan ribuan satelit kecil yang dikirim secara massal ke orbit bumi pada posisi rendah.
Dikutip dari CNET, Starlink mulai gencar mengembangkan layanannya sejak 2021. Namun, pengembangan jaringan sebenarnya sudah dimulai sejak 2015. Kemudian, satelit prototipe pertama diluncurkan ke orbit pada 2018.
Sejak saat itu, SpaceX mengerahkan ribuan satelit Starlink ke orbit rendah. Total, ada lebih dari 2.000 satelit yang telah mengorbit.
Melalui satelit orbit rendah itu, Starlink menyediakan layanan internet terutama ke bagian lain di dunia yang belum memiliki akses internet broadband berkecepatan tinggi.
Menurut situs pelacak kecepatan internet Ookla, kecepatan unduh dari satelit Starlink selama kuartal keempat 2021 mencapai 100 megabit per detik (Mbps) di 15 negara berbeda.
Kenapa Kemenkes Tak Pakai Satelit Satria?
Pemerintah meluncurkan satelit Satria atau Satelit Multifungsi Indonesia Raya 1 di Cape Canaveral, Florida, Amerika Serikat pada Juni (19/6). Pembangunan infrastruktur ini menghabiskan US$ 540 juta atau sekitar Rp 8 triliun.
Peluncuran satelit SATRIA 1 bertujuan pemerataan pembangunan, terutama infrastruktur digital di pusat-pusat layanan publik seluruh Indonesia mulai dari layanan di sektor pendidikan, fasilitas kesehatan, kantor pemerintah daerah, serta TNI dan Polri.
Teknologi satelit itu memungkinakn akselerasi penyediaan internet di desa-desa yang tidak dapat dijangkau oleh teknologi fiber optik dalam 10 tahun ke depan.
Namun Kemenkes mengkaji opsi kerja sama Starlink dengan Telkom untuk mendukung fasilitas atau sarana konektivitas puskesmas di daerah terpencil.
“Ini merupakan upaya kami memastikan layanan kesehatan yang setara dan merata. Puskesmas sebagai garda terdepan untuk menciptakan masyarakat yang sehat harus dipastikan infrastrukturnya memadai,” kata Menkes Budi, dalam keterangan pers dikutip Minggu (6/8).
Menurut data Kemenkes, dari 10 ribu lebih Puskesmas yang ada, masih ada sekitar 2.200 Puskesmas dengan 11.100 Puskesmas Pembantu yang belum memiliki akses internet.
Peningkatan konektivitas internet dapat membuka akses yang lebih baik ke layanan kesehatan. Selain itu, akses komunikasi antar-daerah akan lebih mudah, sehingga pelaporan dari fasilitas pelayanan kesehatan bisa realtime.
Aktivitas itu juga mendukung agenda digitalisasi transformasi kesehatan Indonesia.
"Dengan adanya akses internet, konsultasi layanan kesehatan dapat dilakukan secara online. Peningkatan kemampuan tenaga kesehatan lewat pelatihan jarak jauh juga bisa dilakukan,” ujar Menkes Budi.