Jepang Kaji Hidupkan Reaktor Nuklir Baru untuk Pasok Listrik Buat AI
Pemerintah Jepang menimbang memperluas pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN). Kebutuhan listrik di Jepang diperkirakan bakal meningkat seiring kebutuhan akan adopsi teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence) atau AI.
Perluasan pembangkit nuklir sedang digodok dalam pembahasan strategi energi nasional Jepang yang ditinjau setiap tiga tahun. Media Asahi menyebut salah satu poin revisi yakni akan mengizinkan perusahaan-perusahaan listrik yang menonaktifkan pembangkit listrik tenaga nuklir untuk membangun reaktor-reaktor baru nuklir.
Strategi energi itu "mengganti" pembangkit listrik tenaga nuklir, dengan jumlah pembangkit listrik tidak akan bertambah.
Pembangkit listrik tenaga nuklir masih menjadi isu yang sensitif secara politis di Jepang setelah bencana nuklir Fukushima tahun 2011. Strategi energi nasional sebelumnya Jepang akan mengurangi ketergantungan pada nuklir sebanyak mungkin.
Pada pertengahan Mei lalu, Menteri Perindustrian Ken Saito mengatakan strategi energi di negara tersebut merupakan hal yang sangat genting. "Jepang berada dalam situasi yang paling sulit sejak akhir Perang Dunia II."
Peninjauan rencana energi diharapkan akan mencakup diskusi untuk meningkatkan proporsi listrik yang dihasilkan dari sumber energi terbarukan. "Apakah kita dapat memastikan pasokan energi non-karbon yang stabil akan menentukan sebagian besar kekuatan nasional negara kita," kata Saito.
Penggunaan AI Buat Kebutuhan Listrik Jepang Melonjak
The Japan Times menyebut penggunaan AI di Jepang telah menyebar dengan cepat sejak pembaruan rencana energi dasar tahun 2021. AI generatif seperti ChatGPT mengkonsumsi daya listrik dalam jumlah besar saat memproses informasi dalam jumlah besar.
Memastikan pasokan listrik yang stabil menjadi semakin penting mengingat proyek-proyek untuk membangun atau memperluas pusat data untuk layanan AI dan membangun pabrik untuk memproduksi semikonduktor.
Organisasi untuk Koordinasi Lintas Regional Operator Transmisi, yang terdiri dari perusahaan-perusahaan tenaga listrik, permintaan daya maksimum pada tahun fiskal 2033 di Jepang diperkirakan 5,37 juta kilowatt lebih tinggi daripada tahun fiskal 2023. Lonjakan permintaan listrik karena pembangunan dan perluasan pusat data berteknologi AI dan pabrik semikonduktor. Jumlah ini setara dengan output sekitar lima reaktor nuklir.
Permintaan daya dapat berkembang lebih jauh jika pertumbuhan jumlah informasi yang diproses oleh AI semakin cepat.
Pada saat yang sama, penggunaan AI yang efektif sangat penting untuk meningkatkan daya saing internasional industri Jepang. "Kita harus menghindari situasi di mana penggunaan AI generatif terhambat oleh keterbatasan daya," kata Mitsubishi Research Institute.
Lembaga ini mencatat perlunya mengembangkan teknologi hemat daya untuk semikonduktor. Tetapi jika langkah-langkah tersebut tidak cukup untuk mengatasi permintaan daya yang terus meningkat, lembaga itu mendorong meningkatkan output daya listrik.