Meta Mau Kembangkan Pusat Data Bertenaga Nuklir untuk Pengembangan AI
Meta mulai melirik energi terbarukan untuk memenuhi kebutuhan perusahaan. Perusahaan induk Facebook dan Instagram tersebut tengah mencari proposal pengembang tenaga nuklir untuk keperluan operasional kecerdasan buatan (AI).
Dilansir dari Reuters, Meta berencana menambah kapasitas pembangkit listrik tenaga nuklir mereka, antara 1—4 gigawatt di Amerika Serikat (AS) pada awal 2030.
Pembangkit nuklir khas AS umumnya hanya memiliki kapasitas sekitar 1 gigawatt. Satu pembangkit listrik ini memberikan kontribusi pasokan listrik yang signifikan bagi perusahaan, dengan emisi yang lebih bersih dan terdiversifikasi.
“Kami percaya energi nuklir akan memainkan peran penting dalam transisi ke jaringan listrik yang lebih bersih, lebih andal, dan terdiversifikasi," kata perusahaan, dikutip dari Reuters pada Kamis (5/11)
Kendati demikian, proses ini terhalang oleh regulasi ketat dari Komisi Pengaturan Nuklir AS (NRC), dengan adanya peninjauan terhadap potensi kekurangan bahan bakar uranium dan penolakan penduduk lokal.
Penggunaan daya pusat data AS sendiri diperkirakan akan meningkat tiga kali lipat antara tahun 2023 dan 2030 dan akan membutuhkan sekitar 47 gigawatt kapasitas generasi baru, menurut perkiraan Goldman Sachs.
Menyikapi itu, Meta mengatakan tetap akan menerima pengajuan dari pengembang yang ingin mengambil bagian dalam permintaan proposal hingga 7 Februari 2025.
Perusahaan mengatakan bahwa mereka menggunakan proses permintaan proposal (Request for Proposal/RFP). Sebab, dibandingkan dengan proyek energi terbarukan seperti matahari dan angin, nuklir lebih intensif dalam modal, membutuhkan waktu lebih lama untuk dikembangkan, dan menghadapi lebih banyak persyaratan peraturan.
"Proses RFP akan memungkinkan kami untuk mendekati proyek-proyek ini secara menyeluruh dan bijaksana dengan pertimbangan-pertimbangan ini," katanya perusahaan, dikutip dari Reuters.