Apple Ciptakan Ribuan Ahli IT di Indonesia Sejak 2018
Apple sudah membangun tiga Apple Developer Academy di Indonesia. Program yang berlangsung sejak 2018 ini telah meluluskan lebih dari 2.000 developer atau pengembang perangkat lunak di Indonesia.
Ketiga Apple Developer Academy di Indonesia yakni:
- Binus BSD, Serpong, Tangerang
- Universitas Ciputra di Surabaya
- Infinite Learning di Batam
Data Kementerian Perindustrian atau Kemenperin menunjukkan nilai investasi ketiga Apple Developer Academy yakni Rp 1,71 triliun.
Pembangunan Apple Developer Academy merupakan salah satu cara Apple untuk mendapatkan sertifikat Tingkat Komponen Dalam Negeri atau TKDN, sehingga bisa menjual produk di Indonesia.
Apple Developer Academy bertujuan memberikan pelatihan kepada pengembang alias developer maupun mahasiswa. Akademi ini menawarkan program 10 bulan untuk belajar mengembangkan aplikasi di sistem iOS milik Apple.
Para lulusan Apple Developer Academy telah menciptakan lebih dari 300 aplikasi yang tersedia di App Store. Aplikasi-aplikasi ini mencakup berbagai topik dan solusi, mulai dari transportasi, pendidikan hingga layanan publik.
Pembuatan aplikasi oleh para lulusan Apple Developer Academy juga bekerja sama dengan instansi seperti MRT Jakarta, Museum Nasional Indonesia, dan berbagai institusi lainnya.
Apple Developer Academy meningkatkan kurikulum dengan menambahkan AI tahun ini. Program ini meluluskan 398 talenta IT baru pada 2024.
“Dengan mempertemukan para pengembang yang bercita-cita tinggi dari hampir seluruh provinsi di Indonesia, para lulusan Akademi tahun ini menunjukkan potensi teknologi untuk membuat perbedaan berarti dalam kehidupan masyarakat," kata Senior Director, Worldwide Developer Marketing Apple Esther Hare dalam acara Apple’s Future Leader, di Pullman Hotel, Jakarta Pusat, Rabu (11/12).
Head of Apple Developer Academy Binus George Ananda mengungkapkan para lulusan yang berasal dari kota dan latar belakang berbeda mendapatkan berbagai keahlian kunci seperti menggali masalah, meneliti, mendesain, pemrograman atau coding, bercerita, mengelola proyek hingga memasarkan produk.
Contoh tiga aplikasi buatan lulusan Apple Developer Academy tahun ini, di antaranya:
- Esc-App (Escappe) :
Aplikasi ini menggunakan teknologi Internet of Things atau IoT dan Augmented Reality aliasAR untuk memberikan efek visual, sehingga bisa digunakan untuk mempromosikan film horor dengan cara yang atraktif.
- MS-T (Monitoring and Safety Technology)
Aplikasi yang dirancang untuk memantau penggunaan alat pelindung diri alias APD guna mengurangi kecelakaan kerja. Sistem ini menggunakan AI untuk memantau dan mendeteksi pelanggaran penggunaan APD secara otomatis melalui integrasi dengan CCTV, seperti melepas masker atau helm.
- Chamelure
Aplikasi terapi mata untuk membantu anak-anak dengan Ambliopia atau mata malas, terutama pada usia lima sampai tujuh tahun. Sesi latihan dibuat dalam bentuk game dengan visual berteknologi anaglyph atau gambar tiga dimensi.
Aplikasi itu melatih fokus kedua mata anak-anak menggunakan kacamata khusus yang menampilkan visual yang berbeda pada setiap mata. Chamelure menggunakan machine learning atau mesin pembelajaran untuk memastikan anak menggunakan kacamata dengan mendeteksi gerakan mata dan mengadaptasi permainan secara otomatis.
Ahli IT Perempuan di Apple Developer Academy
Jumlah peserta perempuan Apple Developer Academy juga meningkat dua kali lipat dibandingkan angkatan pertama pada 2018. Senior Director, Worldwide Developer Marketing Apple Esther Hare menyapaikan perempuan membawa pengalaman dan pandangan berbeda, sehingga dapat melengkapi celah dalam pengambilan keputusan strategis, terutama di industri teknologi.
“Itulah alasan kenapa pengalaman di Apple Developer Academy begitu penting. Kami sangat menekankan relasi yang menguatkan sesama,” ujar Esther.
Sejumlah perempuan lulusan Apple Developer Academy berhasil memimpin dan mengembangkan program yang mereka ciptakan di akademi. Berikut dua contoh aplikasi buatan lulusan perempuan:
- PetaNetra
PetaNetra dirancang oleh Jessi Febria dan Yafonia Hutabarat bersama tim, dalam Apple Developer Academy 2021. Petanetra adalah aplikasi berbasis teknologi AR untuk membantu tunanetra menavigasi dengan presisi dan aman.
Aplikasi itu menghadirkan rute 3D AR yang disertai instruksi suara dan getaran. Sistem ini memberikan panduan yang lebih rinci dibanding guiding block biasa, termasuk arah menggunakan referensi jarum jam, peringatan jika ada potensi hambatan, serta instruksi yang membantu pengguna memahami kondisi sekitar.
Petanetra sudah diuji coba di beberapa lokasi seperti stasiun MRT, Halte Transjakarta, dan Gereja Katedral.
Aplikasi itu juga telah memulai ekspansi internasional, dengan pasar pertama di Taiwan. Di sana, aplikasi ini memetakan aksesibilitas di bank, rumah sakit, dan gedung pemerintahan, dan tersedia dalam bahasa Mandarin.
- HerLens
HerLens dikembangkan oleh lulusan Apple Developer Academy 2023, Andini Putri Pramudya dan Salsabila Zahra Chinanti beserta tim. HerLens menggunakan AI untuk meningkatkan akurasi deteksi kanker serviks pada perempuan.
Perangkat berbasis AI itu bisa meningkatkan akurasi dan kualitas tes Inspeksi Visual dengan Asam Asetat atau IVA. IVA adalah tes deteksi kanker serviks yang cukup terjangkau di Indonesia, namun memiliki keterbatasan dalam akurasi karena interpretasi hasilnya mengandalkan penglihatan mata telanjang.
Dengan mengintegrasikan kamera canggih pada spekulum dan menghubungkannya dengan aplikasi, HerLens memungkinkan pengambilan gambar serviks berkualitas tinggi. Gambar dianalisis oleh model AI yang terus dilatih untuk memberikan hasil interpretasi yang lebih akurat.
Model AI HerLens telah dilatih menggunakan lebih dari 1.279 gambar serviks dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo atau RSCM dan mencapai tingkat akurasi 85%.
Ketika digabungkan dengan metode tes IVA standar, akurasi total meningkat hingga 94,9%. Angka ini diproyeksikan naik menjadi 98% dengan tambahan data yang dikumpulkan dari pilot project mendatang.