Aosiasi Nilai Rencana Lelang Frekuensi 1,4 GHz Masih Belum Matang


Asosiasi Penyelenggara Telekomunikasi Seluruh Indonesia (ATSI) menyoroti rencana pemerintah yang akan melelang pita frekuensi 1,4 GHz. AISI menilai ekosistem teknologi dan perangkat pendukungnya tak siap menyediakan frekuensi tersebut.
Ketua Working Group Spectrum ATSI, Rudi Purwanto, mengatakan Indonesia sangat membutuhkan tambahan spektrum baru 700 MHz, 2,6 GHz, 3,5 GHz dan 26 GHz untuk mengejar ketertinggalan untuk kecepatan internet hingga menggelar teknologi 5G.
Sebelumnya pemerintah juga berencana melelang tiga pita frekuensi 700 Mhz, 2.6 Ghz, dan 26 Ghz. Namun, hingga kini belum ada kabar kapan pelaksanaannya.
"Pita 1,4 GHz ini memang cepat untuk menggelar jaringan internet di Indonesia, tetapi kekurangannya yakni ekosistemnya sangat rendah,” kata Rudi dalam acara acara Selular Business Forum, di kawasan Jakarta Pusat, Senin (10/2).
Rudi Purwanto membandingkan kebijakan lelang keempat frekuensi tersebut. Ia menilai, pita frekuensi 1,4 GHz masih memiliki tantangan dalam pengadaannya.
Ia menyebut para vendor yang memenangkan lelang akan membutuhkan waktu untuk penyesuaian. “Baik Base Station dan CPE indoor yang akan digunakan saat ini belum di-support vendor teknologi seperti Huawei, ZTE hingga Ericsson yang juga masih butuh waktu untuk penyesuaian," kata Rudi.
“Walaupun ada perbedaan, frekuensi 700 MHz dan 2,6 GHz lebih matang, lebih siap secara ekosistem, sedangkan untuk 26 GHz itu memang masih terbatas,” kata Rudi.
Saat ini, pita frekuensi 1,4 GHz belum banyak digunakan secara luas di industri telekomunikasi global. Salah satu tantangan utama adalah ketersediaan perangkat yang mendukung pita ini masih terbatas, sehingga operator akan kesulitan membangun jaringan yang optimal.
Selain itu, teknologi yang akan digunakan untuk mendukung frekuensi ini masih dalam tahap pengembangan. Pembuatan roadmap teknologi hingga kesiapan chipset diperkirakan memerlukan waktu sekitar 1 hingga 1,5 tahun.
“Jika lelang lebih awal, operator akan menghadapi tantangan besar dalam memenuhi kewajiban mereka. Mereka bisa kesulitan mendapatkan perangkat, dan ini bisa berdampak pada layanan yang tidak optimal,” ujar seorang pengamat telekomunikasi.
Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) menyatakan akan memprioritaskan lelang frekuensi 1,4 GHz untuk layanan Broadband Wireless Access (BWA) alias akses komunikasi data menggunakan spektrum frekuensi radio. Layanan BWA ini diberikan untuk penyelenggaraan jaringan tetap lokal berbasis packet-switched menggunakan teknologi International Mobile Telecommunications (IMT).
“Kami rencanakan tahun ini, kemarin sudah melakukan konsultasi publik,” kata Plt. Direktur Penataan Spektrum Frekuensi Radio, Orbit Satelit, dan Standarisasi Infrastruktur Digital, Adis Alifiawan, ditemui usai acara Selular Business Forum, di kawasan Jakarta Pusat, Senin (10/2).
Frekuensi yang akan dilelang yakni spektrum 1,4 Ghz dengan lebar 80 Mhz, ditargetkan menjangkau layanan internet rumah tangga hingga sektor pendidikan.
Target kecepatan layanan internet bagi penyedia BWA adalah hingga 100 Mbps, dengan harga berkisar antara Rp 100.000 hingga Rp 150.000.
“Kami ingin layanan yang dihasilkan dapat dijual dalam kisaran harga yang terjangkau, sekitar Rp 100.000 hingga Rp 150.000 per bulan. Dengan harga ini, layanan yang diterima masyarakat harus berkualitas, bukan sekadar layanan seadanya,” kata Adis.