Induk Instagram Diramal Kehilangan Rp 118 Triliun karena Perang Dagang AS – Cina
Induk Instagram, Meta diramal kehilangan potensi iklan US$ 7 miliar atau Rp 118 triliun (kurs Rp 16.860 per US$) akibat perang dagang Amerika – Cina, menurut riset MoffettNathanson.
Laporan yang dirilis pada Selasa (22/4) waktu Amerika tersebut, menganalisis dampak potensial dari perang tarif impor yang ditetapkan Presiden Donald Trump atas produk asal Cina ke e-commerce seperti Temu dan Shein.
Riset itu juga menganalisis efeknya terhadap alokasi iklan e-commerce asal Cina ke Instagram dan Facebook.
Analis MoffettNathanson merujuk pada laporan tahunan terbaru Meta. Pendapatan induk Instagram ini dari pengiklan asal Cina US$ 18,35 miliar tahun lalu. Porsinya sekitar 11% dari total penjualan.
MoffettNathanson yakin Temu dan Shein menguasai sebagian besar bisnis Meta di Cina. Jika e-commerce mengurangi kampanye iklan mereka tahun ini, penjualan iklan raksasa media sosial ini bisa turun US$ 7 miliar pada 2025.
CNBC Internasional melaporkan Temu sudah mengurangi pengeluaran iklan di Amerika.
“Pentingnya peran Cina bagi bisnis Meta tidak dapat dilebih-lebihkan,” tulis para analis dalam laporan itu. “Meskipun Meta tidak memberikan rincian pendapatan per negara di Eropa, secara logis kami dapat berasumsi bahwa Tiongkok adalah sumber pendapatan terbesar kedua Meta setelah Amerika Serikat, posisi yang luar biasa untuk negara tempat Meta tidak memiliki pengguna atau platform aktif.”
Potensi kehilangan bahkan bisa lebih besar lagi, jika Amerika dan sejumlah negara yang menjadi pasar mengalami resesi ekonomi. Dikutip dari laman resmi Kementerian Keuangan alias Kemenkeu, resesi ekonomi adalah kondisi ketika aktivitas ekonomi umum turun secara signifikan di suatu wilayah tertentu, yang ditandai dengan terkontraksinya Produk Domestik Bruto atau PDB selama dua kuartal atau lebih secara berturut-turut.
“Penurunan ekonomi yang benar-benar berkepanjangan, dikombinasikan dengan sengketa perdagangan Amerika dan Cina dapat menghapus pendapatan iklan Meta US$ 23 miliar dan menurunkan laba 25% tahun ini,” kata para analis.
“Seperti yang disebutkan sebelumnya, kami yakin Meta sangat rentan terhadap penurunan belanja iklan dari pengiklan Tiongkok,” ujar para analis. “Dalam skenario resesi dipicu atau diperburuk oleh meningkatnya ketegangan perdagangan, Meta akan menghadapi dua hambatan yakni melemahnya periklanan secara siklus dan penurunan belanja iklan Cina yang ditargetkan.”
