Tertekan Corona, Maskapai Milik Susi Pudjiastuti Pangkas Gaji Karyawan
Pandemi corona menyebabkan bisnis maskapai penerbangan tertekan. Tak terkecuali maskapai Susi Air milik Menteri Kelautan dan Perikanan Periode 2014-2019, Susi Pudjiastuti yang terpaksa harus melakukan sejumlah efisiensi termasuk memotong gaji karyawan.
"Kami menutup unit-unit usaha yang tidak produktif, biaya transportasi, memotong gaji karyawan dan sebagainya agar bisnis tetap seimbang," kata Susi dalam diskusi daring Kumparan.com di Jakarta, Rabu (29/4).
Menurut dia, kebijakan tersebut terpaksa dilakukan lantaran wabah corona terus berlangsung sehingga mengganggu operasional. Terlebih lagi, bisnis pengiriman kargo logistik untuk alat medis juga masih minim.
(Baca: Jaga Kinerja saat Pandemi, Garuda Pacu Bisnis Kargo dan Sewa Pesawat)
Dengan kondisi seperti itu, perusahaan tidak memiliki banyak pilihan untuk mempertahankan usaha. "Pengiriman logistik medis sampai sekarang masih sangat sedikit karena kargo-kargo dari pesawat besar tidak begitu banyak, jadi kami masih menunggu," kata dia.
Meski begitu, Susi juga melihat pandemi wabah sebenarnya memberi kesempatan bagi pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) untuk memperbaiki kinerja bisnisnya menjadi lebih baik. Sehingga di saat wabah ini berakhir, UMKM bisa naik kelas.
"UMKM punya kesempatan untuk mengkonsolidasikan kekuatan untuk berganti jenis bisnis, cara produksi dan harus menjaga kreativitas supaya bisa moving on dan perubahan ini tidak membuat kita tertinggal," kata dia.
(Baca: Terancam Bangkrut Akibat Corona, Maskapai Dunia Berlomba Tambah Utang)
Adapun strategi efisiensi operasional sebelumnya juga dilakukanmaskapai penerbangan berpelat merah PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIIA). Perusahaan telah memangkas gaji pegawai, direksi, hingga komisaris untuk menjaga kelangsungan bisnis BUMN tersebut di tengah pandemi corona.
"Pemotongan gaji mulai dari 10% untuk level staf, hingga 50% untuk komisaris dan direksi," kata Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra dalam keterangan tertulis, Jumat (17/4).
Menurut Irfan, pemotongan gaji merupakan opsi terbaik bagi perusahaan. Sebab, maskapai penerbangan itu tengah menghadapi tantangan operasional.
Namun, pemotongan gaji itu bersifat penundaan. Sehingga perusahaan akan mengembalikan akumulasi pemotongan gaji pada saat kondisi memungkinkan, sejalan dengan performa kinerja Garuda ke depan.