Prospek Pemulihan Ekonomi RI di Tengah Upaya Vaksinasi

Image title
Oleh Ekarina - Tim Riset dan Publikasi
11 Mei 2021, 19:36
VAKSINASI PELAKU USAHA DI THAMRIN CITY
ANTARA FOTO/Galih Pradipta/rwa.

Setahun lebih pandemi Covid-19 merebak di seluruh dunia telah berdampak signifikan terhadap perekonomian hingga memicu resesi di berbagai negara. Namun, Bank DBS optimis akan terjadi pemulihan ekonomi di Indonesia dan beberapa negara Asia Tenggara tahun ini seiring berlangsungnya program vaksinasi.

Tahun 2020 merupakan  periode menantang bagi perekonomian global maupun Asia. Kurva kasus Covid-19 terus meningkat sejak Maret 2020 hingga Februari 2021 di Filipina, Malaysia serta Indonesia. Berbagai negara mulai memberlakukan kebijakan pembatasan mobilitas untuk menahan laju penyebaran virus.

Advertisement

Pembatasan mobilitas ini pun berdampak langsung terhadap perekonomian. Dikutip dari riset DBS Asian Insight, Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada 2020 terkontraksi 2,1% secara tahunan (year on year) bersama negara lain seperti Malaysia (-5,6%), Singapura (-5,4%), Filipina (-9,5%) dan Thailand (-6,1%).

Namun pada tahun ini, DBS memperkirakan ekonomi Indonesia akan membaik dengan pertumbuhan 4,0% dan 4,5% di 2022. Secara umum, Bank DBS juga memproyeksikan pertumbuhan PDB ASEAN mencapai 5,2% secara tahunan (year-on-year) pada 2021 dibandingkan pada tahun lalu -4,3%

Ekonom Bank DBS, Radhika Rao mengatakan, negara-negara dengan beban kasus Covid-19 memulai pemulihan perlahan (soft start) pada kuartal I 2021.

"Program vaksinasi telah dimulai di sejumlah negara dengan kecepatan yang berbeda-beda. Di Asia Tenggara, Indonesia dan Singapura merupakan dua negara yang lebih dulu memulai vaksinasi pada pertengahan Januari 2021," tulis Radhika dalam DBS Asian Insights bertajuk ASEAN-6 Chartbox: Turning-Corner, Senin (3/5).

Di Indonesia hingga saat ini sudah lebih dari 12,6 juta dosis vaksin disuntikkan kepada sebagian besar pekerja garis terdepan dan perawat kesehatan, dilanjutkan fase kedua untuk pegawai negeri dan lansia.

Dengan program vaksinasi, jumlah kasus Covid-19 diharapkan semakin terkendali. Mobilitas masyarakat pun dapat  kembali normal sehingga membuka peluang terjadinya pemulihan ekonomi tahun ini.

Terlebih lagi beberapa indikator perbaikan perekonomian, seperti tren aktivitas manufaktur negara berkembang di Asia mulai menggeliat. Data DBS menunjukkan, Purchasing Managers Index (PMI), sejak Juli 2020 terus mengalami kenaikan  ke level ekspansi dari yang sebelumnya terkontraksi pada awal pandemi atau Maret 2020.  

Di sisi lain, DBS melihat pemulihan ekonomi global dan ketangguhan ekonomi Tiongkok bisa menjadi penggerak ekspor bagi negara-negara kawasan regional. Meski begitu, masih ada sejumlah risiko yang perlu diwaspadai seperti volatilitas pasar obligasi global dan harga minyak mentah dunia.

Pandemi Covid-19 juga berdampak besar terhadap kondisi fiskal dan tingkat utang Indonesia. Berdasarkan Undang-undang (UU) keuangan negara, defisit APBN dibatasi maksimal 3% terhadap PDB, sedangkan utang pemerintah ditetapkan maksimal 60% terhadap PDB.

Bank DBS mencoba membandingkan kondisi Indonesia dengan negara lain seperti India, Filipina, Thailand, dan Malaysia, beberapa di kawasan yang secara konsisten mengalami defisit anggaran dan berada satu atau dua tingkat di atas sub-investasi.

DBS berpandangan, dibandingkan dengan negara lain, defisit fiskal dan utang Indonesia memang meningkat, namun masih terkelola dengan baik atau masih lebih rendah dari batas maksimal PDB. Dalam satu dekade terakhir, defisit Indonesia berada di bawah 2,5%, lebih rendah dibandingkan dengan India yang mencapai 7% dan Malaysia 4%.

Sedangkan pada 2020-2022, hampir seluruh negara berkembang, termasuk Indonesia memperlebar batas defisit anggaran. Kebijakan ini dilakukan untuk memberikan fleksibilitas keuangan dalam menangani dampak krisis kesehatan.  

“Tingkat utang pemerintah Indonesia meski terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir, masih jauh di bawah ambang batas yang diizinkan dan lebih rendah dari negara-negara lain,” ujar Radhika.

Hal tersebut juga diperkuat dengan Lembaga Pemeringkat Fitch mempertahankan peringkat utang Indonesia atau Sovereign Credit Rating dengan BBB (invesment grade) dengan outlook stabil pada 19 Maret 2021.

Halaman Selanjutnya
Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement