Induk Dunkin Donuts dalam Proses Diakuisisi Waralaba asal Amerika
Dunkin Brands Group, induk usaha waralaba restoran Dunkin Donuts dan Baskin Robbins dikabarkan sedang bernegosiasi dengan perusahaan ekuitas swasta, Roark Capital terkait akuisisi bisnis waralaba perseroan. Akuisisi ini diperkirakan bernilai US$ 9 miliar atau sekitar Rp 132 triliun.
Inspire Brands, perusahaan di bawah Roark Capital disebut menawar saham Dunkin Brands senilai US$ 106,50 per saham atau mewakili 20% premi. Jika negosisi ini disepakati, Dunkin Brands berpotensi keluar dari pasar saham dan menjadi perusahaan privat.
Dunkin Brands yang saat ini memiliki lebih dari 13.000 gerai Dunkin Donuts dan 8.000 gerai Baskin-Robbins juga akan masuk ke dalam portofolio bisnis waralaba Inspire Brands. Untuk diketahui, Inspire Brands saat ini membawahi beberapa waralaba restoran cepat saji di Amerika Serikat (AS) seperti, Rusty Taco, Jimmy Johns, dan Arby's.
Dalam pernyataannya, Dunkin membenarkan proses penjajakan akuisisi. "Tapi, Dunkin belum memastikan apakah kesepakatan akan diselesaikan," tulis Financial Times dikutip Senin (16/10).
Inspire mencatat penjualan tahunan senilai US$ 14,6 miliar dari 11.000 restoran serta lebih dari 1.400 pemegang hak waralaba. Sementara Roark Capital diketahui turut menyuntik modal beberapa restoran ternama AS seperti The Cheesecake Factory, Carl's Junior dan Hardees, Auntie Anne's dan sebagainya,
Penjajakan ini pertama kali dilaporkan oleh New York Times. Tren merger dan akuisisi perusahaan meningkat di tengah ketidakpastian ekonomi akibat lonjakan kasus virus corona dan hasil pemilu AS.
Sektor restoran Negeri Paman Sam terpukul parah setelah pemerintah setempat memberlakukan karantina wilayah atau lockdown. Namun, permintaan makanan cepat saji tetap meningkat, terutama lewat layanan pesan antar dan drive-thru.
Sedangkan mengutip Business Insider, sejumlah ratai bisnis makanan cepat saji dan restoran banyak pula yang menutup gerainya sejak tahun lalu dan berlanjut di tahun ini akibat pandemi. Hal tersebut lantas berdampak buruk terhadap industri restoran AS secara keseluruhan.
Restoran sandwich Subway, pada 2019 menutup lebih dari 1.000 gerai di seluruh AS dan mengumumkan lebih banyak penutupan pada tahun ini. Sementara Pizza Hut pada 2019 melaporan menutup lebih dari 500 restoran yang berkinerja buruk dalam dua tahun.
"Jumlah gerai Pizza Hut di AS bisa turun ke 7.000 lokasi selama 24 bulan ke depan terutama didorong oleh penutupan restoran yang berkinerja negatif sebelum kembali ke level saat ini atau meningkat di tahun mendatang," kata Chief Financial Officer Yum! Brands, David W. Gibbs yang mengoperasikan Pizza Hut dalam sebuah wawancara Agustus 2019.
Burger King melaporkan rencana penutupan hingga 250 restoran yang akan direalisasikan secara bertahap mulai tahun ini dan beberapa tahun ke depan. Sementara TGI Friday juga bakal menutup 20% gerai lantaran pandemi membuat perusahaan sulit bertahan dan menggaet pelanggan.
"Sebanyak 20% dari 386 restoran perusahaan harus ditutup karena restoran berjuang menarik pelanggan di tengah pandemi," kata Chief Executive Officer Ray Blanchette seperti laporan Bloomberg.
Laporan Statista mencatat, 10 merek makanan cepat saji dunia memiliki brand value atau nilai merek terbesar. McDonald’s menempati posisi pertama dengan nilai merek US$ 130,4 miliar atau Rp 1.826 triliun sekaligus memimpin rantai restoran dengan layanan cepat saji di Amerika Serikat.
Starbucks dan KFC mengikuti dengan masing-masing nilai merek sebesar US$ 45,9 miliar dan US$ 17,2 miliar. Jika dirupiahkan dengan kurs Rp 14.000/US$, maka Starbucks mengantongi Rp 642,6 triliun dan KFC Rp 240,8 triliun.
Mayoritas konsumen di AS (94%) mengakui cita rasa merupakan faktor terpenting ketika mendatangi sebuah restoran. Kesehatan menjadi unsur yang kurang dipertimbangkan. Selain itu, hampir 83% konsumen AS makan di restoran cepat saji setidaknya satu kali dalam seminggu. Adapun detailnya, bisa dilihat dalam databoks berikut: