Tembus Amerika dan Singapura Berkat Olah Limbah Jadi Bahan Pakaian
Tren bisnis sosial menarik banyak kalangan. Mereka yang bergerak dalam bisnis sosial selain meraup profit juga berusaha memberikan dampak sosial yang positif kepada masyarakat.
Mycotech Lab (MYCL) merupakan salah satu perusahaan fesyen yang menjalankan bisnis sosial dengan memanfaatkan limbah pertanian sebagai bahan material pakaian. Mereka menyulap limbah agrikultur seperti jamur menjadi benang.
“Kami menghasilkan material terbarukan sebagai alternatif pengganti kulit,” ujar Co-Founder MYCL Robbi Zidna Ilman, dalam webinar Sustainability Action for the Future Economy yang diadakan oleh Katadata.co.id, Kamis (26/8).
Robbi melihat kondisi banyaknya limbah pertanian yang tidak terolah sehingga mengambil peluang tersebut. “Limbah pertanian itu sangat banyak sekali yang terbuang dan tidak terolah kembali. Hanya sekitar 20-30% yang diolah untuk menjadi bahan bakar, sisanya menumpuk, menggunung,” kata Robbi.
MYCL berhasil menggaet pasar global dengan model bisnis yang dijalankan. Perusahaan ini berhasil menembus Amerika Serikat dan Singapura. "Banyak konsumen yang mencari alternatif selain bahan kulit," kata dia.
MYCL pada Juni 2021 lalu berhasil menggaet brand asal Jepang bernama Doublet. Produk kerja sama itu sukses diperkenalkan dalam pagelaran Paris Fashion Week.
Seperti halnya MYCL, Gandeng Tangan bergerak juga di bisnis sosial. Kedua perusahaan didirikan tahun yang sama, 2015.
Gandeng Tangan bergerak dalam pembiayaan dan pinjaman usaha mikro. "Kami memberikan literasi keuangan dan pendampingan kepada UMKM,” kata CEO Gandeng Tangan, Jezzi Setiawan.
Senada dengan Robbi, Jezzi mengatakan bisnisnya lahir dari keresahan sosial. Ia melihat banyak sekali UMKM yang membutuhkan pendanaan, tetapi tidak ada pihak yang bisa membantu. “Banyak UMKM yang butuh pendanaan yang tinggi, tapi dari kemampuannya perbankan hanya memberikan bantuan sebesar 20%,” ujar Jezzi.
Jezzi mengatakan banyak pelaku UMKM mencari 80% kebutuhan pembiayaannya dengan meminjam ke rentenir. Sehingga, UMKM tersebut bukannya untung, malah semakin terjepit. “Dari problem itu, bagaimana kami dapat mengisi kesenjangan keuangan tersebut,” kata Jezzie.
Hingga saat ini, Gandeng Tangan telah berhasil memberikan pembiayaan dan pemberdayaan kepada 3.500 lebih UMKM Indonesia.