Auriga Nusantara: Kalimantan Alami Deforestasi Pulp Terbesar pada 2022
Auriga Nusantara, sebuah organisasi non-pemerintah yang bergerak dalam upaya melestarikan sumber daya alam dan lingkungan, mengungkapkan data yang menunjukkan bahwa Kalimantan mengalami deforestasi pulp (bubur kertas) terbesar di Indonesia pada 2022.
“Pada 2022, deforestasi pulp ini melonjak di Kalimantan dengan luasan lahan mencapai 3.000 hektare (ha) yang seluruhnya itu berada di konsesi nonaktif,” ujar Campaigner Auriga Nusantara Hilman Afif dalam acara Deforestasi dan Emisi Industri Pulp Indonesia, yang disiarkan di Youtube, Selasa (28/11).
Hilman mengatakan, data tersebut juga menunjukkan bahwa deforestasi yang dilakukan Hutan Tanaman Industri (HTI) di Kalimantan mencapai 311 konsesi untuk kepentingan industri pabrik pulp. “Namun anehnya, dari angka tersebut, 230 diantaranya itu nonaktif atau tidak masuk kayu ke pabrik pulp,” kata Hilman.
Oleh karena itu, Hilman menduga terjadi banyak penyelewengan yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan tersebut. Mereka melakukan deforestasi tapi bukan untuk kepentingan industri pabrik pulp.
“Dari data ini, kita bisa melihat bahwa sebagian besar deforestasi baru itu terjadi di area konsesi kebun kayu berizin yang ternyata belum memulai memasok kayu ke pabrik,” ujarnya.
Auriga Nusantara menggunakan Trase.earth (Trase) yang merupakan inisiatif transparansi berbasis data. Trase merupakan platform data rantai pasok komoditas yang dapat diakses oleh siapapun tanpa biaya. Trase pertama kali diluncurkan pada 2021.
Inisiatif ini dimotori oleh Stockholm Environment Institute dan Global Canopy yang bermitra dengan Auriga Nusantara dan Woods & Wayside International, The TreeMap, dan Laboratorium Ekonomi Konservasi Universitas California, Santa Barbara.
Trase menggunakan pendekatan pemetaan rantai pasok yang disebut Spatially Explicit Information on Production to Consumption Systems (SEI-PCS) atau Informasi Spasial Terperinci – Terhadap Sistem Rantai Pasok Komoditas sebagai landasan analisisnya. Trase dapat memetakan rantai pasok komoditas, khususnya pulp kayu (wood pulp) di Indonesia.
Deforestasi Pulp Juga Terjadi di Papua
Selain itu, Hilman menyebutkan bahwa Papua juga mengalami deforestasi pulp yang cukup besar, di mana semuanya juga terjadi di konsesi non aktif. Namun, jumlah deforestasinya tidak sebesar di Kalimantan. Untuk itu, dia meminta masyarakat sipil dan institusi-institusi lainnya untuk mendorong industri pulp agar terbebas dari deforestasi.
Sebagai informasi, industri kertas menghasilkan Rp 101 triliun nilai ekspor dan menyerap investasi sebesar Rp 8,22 triliun. Selain itu, industri kertas juga menyerap tenaga kerja sebanyak 641.438 orang pada 2018.
Per 2019, konsesi perkebunan kayu monokultur luasnya mencapai 11,3 juta hektare (ha). Dari lahan konsesi tersebut, industri kertas mampu menghasilkan 34,4 juta m3 kayu bulat bahan baku bubur kertas per tahunnya.
Namun, industri ini dinilai menimbulkan risiko bagi lingkungan hingga dampak sosial. Keberadaan industri kertas berisiko menimbulkan deforestasi hingga kebakaran hutan dan lahan. Tak hanya berdampak bagi lingkungan, pada sekitar 20% kawasan hutan Indonesia terjadi konflik agraria. Ekspansi wilayah perkebunan juga berpotensi mengancam hutan alam dan lahan gambut, termasuk di Papua.