Menteri LHK: Penurunan Emisi GRK RI Lebih Tinggi Daripada Negara Lain
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mengatakan Indonesia sudah berhasil menurunkan emisi gas rumah kaca (GRK) setiap tahunnya. Penurunan emisi GRK disebut lebih tinggi dibandingkan negara lain.
“Indonesia ini tidak seperti negara lain yang cuma bilang komitmen, yang hanya bilang ambisi. Maka akan kita tingkatkan target penurunan emisi di tahun depan,” ujar Menteri LHK Siti Nurbaya Bakar, melalui siaran audio yang diterima Katadata.co.id, Kamis (29/11).
Siti mengatakan, negara-negara lain berhasil menurunkan emisi gas rumah kaca rata-rata sekitar 40-43%, sedangkan Indonesia telah berhasil menurunkan emisi sebanyak 52% pada 2020.
Namun, angka penurunan emisi di Indonesia bergerak secara fluktuatif. Pada 2021, penurunan emisi gas rumah kaca melambat menjadi 47%. Kemudian pada 2022, penurunan emisi GRK di Indonesia sebesar 42%.
"Meski begitu, Indonesia sebetulnya sudah masuk di kelompok negara-negara yang bisa menurunkan emisi gas rumah kaca secara cukup ambisius. Artinya kita cukup aman," kata Siti.
Dia mengatakan, angka penurunan gas rumah kaca di Indonesia sudah terbilang tinggi. Namun, pemerintah Indonesia terus melakukan upaya lainnya untuk menekan angka pengeluaran emisi karbon dioksida (CO2).
Siti mengatakan upaya tersebut dilakukan dengan cara mengurangi emisi dari ekosistem terumbu karang, ekosistem pesisir berupa mangrove, padang lamun, hingga peternakan dan pertanian.
“Karena dari kotoran peternakan itu banyak sekali emisinya, lalu pertanian juga dari hasil membajak itu emisinya juga banyak, maka hal-hal itu yang akan kita kurangi,” kata dia.
Sebelumnya, Direktur Konservasi Energi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Gigih Udi Atmo, mengungkapkan tahun ini sektor energi berhasil melampaui target penurunan emisi gas rumah kaca mencapai 116,45 juta ton karbondioksida ekuivalen (CO2e).
Gigih menyebutkan hingga 21 September 2023, penurunan emisi gas rumah kaca dari sektor energi mencapai 127,67 juta ton CO2e atau 109,63% dari target.
Ada lima aksi mitigasi yang digunakan untuk menurunkan emisi gas rumah kaca, yakni efisiensi energi, energi baru terbarukan, bahan bakar rendah karbon, penggunaan generasi teknologi bersih, dan aktivitas lainnya.
Aksi mitigasi energi baru terbarukan memberikan kontribusi terbesar pada penurunan emisi, yakni 51,29 juta ton CO2e. Penyumbang penurunan emisi gas rumah kaca yang terbesar kedua adalah efisiensi energi sebesar 31,87 juta ton CO2e.
Selanjutnya, bahan bakar rendah karbon menurunkan emisi sebesar 15,55 juta ton CO2e. Kemudian, aktivitas lainnya menyumbang penurunan emisi karbon 15,63 juta CO2e dan penggunaan generasi teknologi bersih sebesar 13,33 juta ton CO2e.
"Jika dihitung terhadap target penurunan emisi gas rumah kaca pada 2030 yang mencapai 358 juta ton CO2e, penurunan emisi pada 2023 ini baru mencapai 35,6%," ujar Gigih dalam ESG Symposium 2023 Indonesia: Collaboration for Sustainable Indonesia, di Jakarta, pada Kamis (2/11).