Menteri ESDM Sebut Investasi EBT Anjlok karena Oversupply Listrik
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Arifin Tasrif , mengatakan investasi energi baru terbarukan (EBT) dan konservasi energi 2023 anjlok dibandingkan tahun lalu. Kondisi tersebut dipengaruhi oleh oversupply listrik di Indonesia.
Realisasi EBT dan konservasi energi pada Januari-November 2023 baru mencapai US$ 1,17 miliar. Angka tersebut jauh dari target tahun ini yaitu US$ 1,8 miliar.
Dia mengatakan, Kementerian ESDM melakukan sejumlah upaya untuk mengurangi oversupply di sektor ketenagalistrikan. Salah satunya dengan penyaluran program rice cooker gratis sebanyak 500 ribu penerima yang akan didistribusikan pada pertengahan Desember 2023 ini.
“Jadi ini sedang kita coba untuk menaikkan permintaannya salah satunya melalui program rice cooker gratis, sebelumnya kita juga sudah ada program kompor listrik,” ujar Arifin saat ditemui di Gedung Kementerian ESDM, Jumat (8/12).
Selain itu, Kementerian ESDM juga sedang berupaya menarik investor di sektor EBT sesuai arahan Presiden Republik Indonesia Joko Widodo. Dia berharap target investasi EBT dan konservasi energi tahun depan sebesar US$ 2,075 miliar bisa mencapai target.
“Investasi di sektor EBTKE harus kita tarik banyak, makanya harga energi itu harus bisa kompetitif sehingga menjadi daya tarik industri investasi untuk masuk,” kata dia.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana, mengatakan investasi EBT dan konservasi energi di Indonesia pada tahun ini kemungkinan lebih rendah dari tahun sebelumnya. Pasalnya, investasi tersebut menemui sejumlah hambatan seperti kendala financial close proyek, mundurnya proyek lelang di wilayah kerja panas bumi, hingga mundurnya jadwal proses pengadaan EBT oleh PT PLN.
"Tapi meski begitu kami tidak diam saja, pada tahun ini Kementerian ESDM juga menargetkan adanya peningkatan kapasitas EBT sebesar 386,5 megawatt (MW),” kata dia, saat dihubungi Katadata.co.id, Kamis (7/12).
Analis Energi Institute of Energy Economics and Financial Analysis (IEEFA), Putra Adhiguna, mengatakan tren investasi EBTKE sampai dengan November 2023 memang bisa menjadi pencapaian terendah sejak 2017. Dia memprediksi investasi EBTKE akan berada dalam kisaran US$ 1,3 miliar di tahun ini.
“Jadi dari angka realisasi investasi tersebut memang ada perlambatan, yang mudah-mudahan hanya sementara,“ kata Putra saat dihubungi Katadata.co.id, Kamis (7/12).
Putra berharap, perlambatan investasi EBTKE tersebut hanya sesaat karena banyak pelaku usaha yang menunggu realisasi program seperti Just Energy Transition Partnership (JETP).
"Wajar bagi pelaku usaha menunggu kepastian regulasi dan inisiatif seperti JETP, karena mereka tentu menanti sekiranya ada titik fokus atau insentif tertentu,” kata dia.
Putra mengatakan, target investasi EBTKE yang ditargetkan pada tahun ini sudah cukup realistis dan diharapkan bisa didorong lebih agresif dengan adanya skema pendanaan JETP.
Kemitraan JETP merupakan inisiatif pendanaan transisi energi senilai lebih dari US$ 20 milyar atau setara dengan Rp 310 triliun yang disepakati antara Indonesia dan negara-negara maju yang tergabung dalam International Partners Group (IPG). Kesepakatan dilakukan di sela-sela Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Bali, November 2022 lalu.