Azerbaijan Dikabarkan Terpilih Jadi Tuan Rumah COP29
Kelompok negara-negara Eropa Timur telah memilih Baku, Azerbaijan sebagai tuan rumah pembicaraan iklim COP29 tahun depan. Hal ini diungkapkan oleh dua sumber di ruang pertemuan COP28 di mana keputusan tersebut dibuat.
Eropa Timur membutuhkan waktu lebih lama dari biasanya untuk mengambil keputusan karena konflik di wilayah tersebut. Pada Kamis (7/12), Armenia membatalkan penentangannya terhadap tawaran Azerbaijan sebagai bagian dari perundingan perdamaian di antara keduanya.
Menurut laporan Climate Home News, Rusia memblokir setiap anggota Uni Eropa untuk menjadi tuan rumah sehingga menggagalkan tawaran Bulgaria. Serbia, Moldova, dan Armenia yang juga terlibat dalam perdebatan ini.
Analis negosiasi E3G Tom Evans menggambarkannya sebagai pilihan yang "tidak biasa dan tidak terduga" karena Azerbaijan tidak memiliki rekam jejak diplomasi yang panjang di badan iklim PBB.
Azerbaijan memperoleh dua pertiga pendapatannya dari minyak dan gas, salah satu persentase tertinggi di dunia dan lebih besar dari tuan rumah COP28, Uni Emirat Arab.
Kontroversi Azerbaijan
Negara ini telah diperintah selama 20 tahun oleh Ilham Aliyev, yang mengambil alih jabatan presiden dari ayahnya. Menurut Human Rights Watch, pemerintah menahan setidaknya 30 tahanan politik di penjara-penjaranya pada 2022.
Kelompok kampanye ini mengatakan bahwa undang-undang yang membatasi terus menghalangi organisasi non-pemerintah untuk beroperasi secara independen. Selain itu, ada pembatasan terhadap media dan penyiksaan sistemik terhadap para tahanan.
Pemerintah Azerbaijan dalam beberapa tahun terakhir ini telah berusaha keras untuk menjadi tuan rumah acara-acara internasional yang terkenal. Azerbaijan membawa final sepak bola Liga Eropa dan Grand Prix Formula Satu ke ibu kotanya, Baku.
Pada tahun 2020, Azerbaijan dan negara tetangganya, Armenia, terlibat perang selama enam minggu yang menewaskan ribuan orang terkait wilayah kantong Nagorno-Karabakh.
Tahun lalu, pemerintah Azerbaijan menyewa perusahaan hubungan masyarakat Inggris untuk mempublikasikan tuduhan mereka bahwa pemerintah Armenia telah merusak lingkungan Nagorno-Karabakh.
Para ahli mengatakan kepada Climate Home News pada saat itu bahwa klaim-klaim tersebut menyesatkan, karena hutan-hutan tersebut habis lebih cepat setelah Azerbaijan mengambil alih kekuasaan. Mereka juga menyatakan klaim-klaim tersebut memiliki unsur propaganda.