Pemimpin Energi Arab Bersikeras Bela Penggunaan Bahan Bakar Fosil
Pertemuan para menteri energi Arab menghasilkan pernyataan penutup yang menyebut bahwa minyak dan gas akan menjadi pilar energi global selama beberapa dekade mendatang. Pernyataan itu mengemuka di tengah kebuntuan negosiasi negara-negara di KTT Perubahan Iklim PBB COP28 di Dubai, Uni Emirat Arab, pada Selasa (12/12).
Para delegasi dalam pembicaraan iklim PBB di Uni Emirat Arab, yang merupakan anggota Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC), terpecah. Beberapa negara menuntut seruan untuk "penghentian" penggunaan minyak, gas, dan batu bara sebagai penyebab terbesar pemanasan global.
Arab dan produsen hidrokarbon lainnya menganggap upaya pengurangan bahan bakar fosil sebagai pukulan bagi perekonomian mereka.
"Saya terkejut dengan serangan ganas dari apa yang disebut 'penghentian' minyak atau mengurangi ketergantungan pada minyak sebagai sumber energi dengan keganasan yang mungkin ditandingi oleh keserakahan Barat secara umum dalam merebut kendali ekonomi," Menteri Perminyakan Kuwait Saad Al Barrak, dalam Konferensi Energi Arab, seperti dikutip Reuters, Selasa (12/12).
Ia menuduh negara-negara Barat sebagai kekuatan kolonial yang telah "menjarah" kekayaan Asia dan Afrika, menerapkan standar ganda dalam upayanya untuk memimpin "dalam memastikan keamanan lingkungan hidup manusia melalui kesepakatan iklim".
Pernyataan penutupan Konferensi Energi Arab di Doha merekomendasikan langkah-langkah untuk mengembangkan bahan bakar fosil. Hal ini mencakup upaya untuk mengembangkan perusahaan-perusahaan energi nasional dan menciptakan mekanisme untuk mempertahankan tingkat produksi migas dan bekerja untuk menyediakan kapasitas produksi tambahan.
Para pemimpin energi Arab menilai negara-negara Arab harus mengadopsi kebijakan-kebijakan pembangunan yang seimbang, termasuk mengintegrasikan dimensi lingkungan hidup ke dalam rencana-rencana pembangunan. Mereka juga mendorong investasi pada energi terbarukan, hidrogen, dan tenaga nuklir.
Sumber-sumber yang mengetahui diskusi-diskusi tersebut mengatakan bahwa Presiden COP28 UEA Sultan Al-Jaber, telah menghadapi tekanan dari Arab Saudi, pemimpin de facto OPEC. UEA merupakan anggota OPEC.
Direktur Jenderal COP28 UEA Majid Al Suwaidi, mengatakan bahwa kepresidenan COP28 bertujuan untuk mendapatkan hasil "bersejarah" yang mencakup penyebutan bahan bakar fosil - namun hal ini tergantung pada negara-negara untuk menyetujuinya.
Dalam sebuah surat tanggal 6 Desember yang dilihat oleh Reuters, Sekretaris Jenderal OPEC Haitham Al Ghais, yang menghadiri konferensi di Doha, mendesak para anggota dan sekutunya untuk menolak kesepakatan COP28 yang menargetkan bahan bakar fosil.