Filipina Raih Komitmen Pendanaan Iklim dari Kanada

Tia Dwitiani Komalasari
3 Januari 2024, 11:11
Aktivis lingkungan menggelar aksi di depan kantor Kedutaan Besar Inggris, Jakarta, Rabu (3/11/2021). Dalam aksinya mereka menantang negara-negara yang bertemu di KTT perubahan iklim COP26 untuk tidak hanya memenuhi janji pendanaan iklim yang telah lama te
ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/foc.
Aktivis lingkungan menggelar aksi di depan kantor Kedutaan Besar Inggris, Jakarta, Rabu (3/11/2021). Dalam aksinya mereka menantang negara-negara yang bertemu di KTT perubahan iklim COP26 untuk tidak hanya memenuhi janji pendanaan iklim yang telah lama tertunda namun juga membayar utang iklim mereka kepada negara berkembang sebanyak 100 miliar dollar per tahun untuk pembiayaan iklim. ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/foc.
Button AI SummarizeBuat ringkasan dengan AI

Filipina dan Program Pembangunan PBB (UNDP) meraih komitmen pendanaan Iklim dari Kanada. Kantor Kepresidenan Filipina mengatakan kolaborasi dan pendanaan ini akan berjalan hingga 2026.

"Kanada akan mendukung Filipina dalam mempromosikan konservasi keanekaragaman hayati, mitigasi perubahan iklim, adaptasi, dan ketahanan dengan mempertimbangkan kesetaraan gender," kata kantor kepresidenan Filipina dikutip dari Reuters, Rabu (3/1).

UNDP mengatakan Filipina termasuk dalam total komitmen pendanaan iklim internasional Kanada sebesar US$ 5,3 miliar.

Pendanaan Iklim Global

Sejumlah negara maju telah berkomitmen untuk pendanaan iklim bagi negara berkembang senilai  total US$ 83,76 miliar atau setara Rp 1,3 kuadriliun (kurs Rp 15.486) padaKonferensi Tingkat Tinggi Perubahan Iklim ke-28 (COP28). Pembiayaan tersebut merupakan salah satu upaya pengurangan emisi gas rumah kaca. 

Menanggapi hal itu, Wakil Ketua Umum Koordinator Bidang Kemaritiman, Investasi, dan Luar Negeri Kadin Indonesia, Shinta W. Kamdani, meyakini pembiayaan tersebut bisa membawa imbas besar dalam akselerasi penanganan perubahan iklim.

"Tentunya ini bisa menjadi peluang bagi sektor usaha melalui peningkatan investasi hijau," kata Shinta dalam Konferensi Pers Post COP 28: Peluang bagi Dunia Usaha Indonesia di Menara Kadin Indonesia, Jakarta Selatan pada Jumat (15/12).

Dia mengatakan, program pembiayaan iklim ini digunakan untuk mendukung mitigasi dan adaptasi perubahan iklim hingga sektor pengembangan energi terbarukan. Pembiayaan tersebut digunakan untuk membantu negara berkembang dalam mengurangi emisi gas rumah kaca serta meningkatkan ketahanan menghadapi perubahan iklim.   

Shinta mengatakan, bantuan pendanaan yang digelontorkan tersebut terbagi menjadi tiga sektor, yaitu:

1. Pembiayaan energi terbarukan sebesar US$ 5 miliar

2. Sektor pangan US$ 3,1 miliar

3. Sektor kesehatan US$ 2,7 miliar untuk sektor kesehatan, serta sisanya untuk sektor lain.  

Shinta mengatakan, pembiayaan untuk negara berkembang ini sangat penting. Pasalnya berdasarkan United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD) World Investment Report 2023, sebagian besar investasi dalam energi terbarukan mengalir ke negara-negara maju.

Sekitar tiga perempat dari semua pembiayaan investasi internasional dalam energi terbarukan pada 2022 mengalir ke Eropa. Sementara itu, negara-negara berkembang hanya menciptakan peningkatan proyek energi terbarukan sebesar 1% setiap tahun sejak 2015.

Padahal, United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) 2023 menyebut negara-negara berkembang memerlukan setidaknya US$ 6 triliun investasi energi terbarukan pada tahun 2030 untuk memenuhi kurang dari separuh NDC.


Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...