BMKG Imbau Masyarakat Pesisir Waspadai Gelombang Tinggi
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengimbau masyarakat yang beraktivitas di wilayah pesisir waspada potensi gelombang tinggi hingga empat meter pada 19-20 Januari 2024. Pola angin di wilayah Indonesia menjadi salah satu faktor yang memengaruhi gelombang tinggi di wilayah pesisir.
"Masyarakat yang tinggal dan beraktivitas di pesisir sekitar area yang berpeluang terjadi gelombang tinggi dimohon agar tetap selalu waspada," ujar Kepala Pusat Meteorologi Maritim BMKG Eko Prasetyo, di Jakarta, pada Kamis (18/1).
Selain pola angin, terdapat siklon tropis anggrek di Samudra Hindia barat daya Bengkulu di koordinat 10,1 lintang selatan dan 94,0 bujur timur yang menyebabkan gelombang tinggi. Eko mengatakan di Indonesia di bagian utara, angin umumnya bergerak dari utara ke timur dengan kecepatan berkisar 6-25 knot. Sementara itu, di wilayah Indonesia bagian selatan, angin bergerak dari barat daya-barat laut dengan kecepatan 6-30 knot.
"Kecepatan angin tertinggi terpantau di Samudra Hindia barat daya Bengkulu, Laut Natuna Utara, dan perairan Kepulauan Sermata hingga Kepulauan Leti, dan Laut Arafuru," ujarnya.
Eko mengatakan kondisi itu menyebabkan terjadinya peluang peningkatan gelombang setinggi 1,25 hingga 2,5 meter di perairan barat Kepulauan Nias hingga Kepulauan Mentawai. Kemudian, di perairan timur Pulau Enggano, perairan Bengkulu-barat Lampung, Selat Sunda bagian barat dan selatan, perairan selatan Banten hingga Nusa Tenggara Timur (NTT), Selat Bali dan Lombok bagian selatan, Laut Sawu, dan Samudera Hindia selatan Jawa Timur.
Gelombang tinggi juga berpotensi terjadi di perairan utara Kepulauan Anambas-Kepulauan Natuna, perairan Kepulauan Subi-Kepulauan Serasan, perairan Kepulauan Bintan hingga Kepulauan Lingga, Laut Natuna, dan Selat Karimata. Selanjutnya, perairan selatan Kalimantan, Laut Jawa bagian barat dan timur, Selat Makassar, perairan Kepulauan Sabalana-Kepulauan Selayar.
Kondisi serupa juga berpotensi terjadi di Laut Flores, perairan utara Flores, Laut Banda, perairan Kepulauan Sermata-Kepulauan Tanimbar, perairan Kepulauan Kai-Kepulauan Aru, perairan Amamapare-Agats bagian barat, perairan Kaimana hingga Fak-Fak, perairan Sorong bagian selatan, Laut Sulawesi, perairan Kepulauan Sitaro-Bitung, Laut Maluku, dan perairan Kepulauan Banggai-Sula bagian Utara.
Menurut Eko, gelombang yang lebih tinggi di kisaran 2,5 meter hingga 4 meter berpeluang terjadi di Samudra Hindia barat Lampung, Samudera Hindia selatan Banten hingga Jawa Tengah, Laut Natuna Utara, Laut Jawa bagian tengah, Laut Arafuru, dan perairan Kepulauan Sangihe-Kepulauan Talaud. Kemudian, Laut Maluku bagian utara, perairan Halmahera, Laut Halmahera, perairan utara Papua Barat hingga Papua, dan Samudera Pasifik utara Halmahera-Papua.
Eko mengimbau masyarakat, khususnya nelayan, untuk memperhatikan risiko tinggi terhadap keselamatan pelayaran untuk moda transportasi perahu nelayan (kecepatan angin lebih dari 15 knot dan tinggi gelombang di atas 1,25 m) dan kapal tongkang (kecepatan angin lebih dari 16 knot dan tinggi gelombang di atas 1,5 m).
Kemudian, kapal fery (kecepatan angin lebih dari 21 knot dan tinggi gelombang di atas 2,5 m). Kapal ukuran besar, seperti kapal kargo dan kapal pesiar juga harus waspada terhadap kecepatan angin yang lebih dari 27 knot dan tinggi gelombang di atas 4 meter.