Warga Jabodetabek Rentan Depresi Imbas Terpapar Polusi

Tia Dwitiani Komalasari
2 Juli 2024, 15:50
Penggiat lingkungan yang tergabung dalam Orang Muda untuk Lingkungan Hidup (KOMUNAL) bersama WALHI melakukan pawai dalam rangka Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2023 di Bundaran HI, Jakarta, Minggu (4/6/2023). Mereka menuntut pemerintah untuk segera mengambi
ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/tom.
Penggiat lingkungan yang tergabung dalam Orang Muda untuk Lingkungan Hidup (KOMUNAL) bersama WALHI melakukan pawai dalam rangka Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2023 di Bundaran HI, Jakarta, Minggu (4/6/2023). Mereka menuntut pemerintah untuk segera mengambil langkah serius terkait krisis iklim dan krisis demokrasi.
Button AI Summarize

Psikolog, Patricia Elfira Vinny, mengatakan polusi tidak hanya berdampak terhadap kesehatan fisik, namun juga mental. Paparan polusi udara secara terus-menerus dapat menyebabkan gangguan kesehatan mental seperti depresi, kecemasan, psikosis dan demensia.

Selain itu, terdapat indikasi bahwa anak-anak dan remaja yang terpapar polusi udara secara terus-menerus akan lebih berisiko mendapat masalah kesehatan mental di masa depan. Pasalnya usia anak-anak dan remaja merupakan tahap kritis perkembangan mental mereka.

Patricia mengatakan, risiko ini akan menjadi jauh lebih mungkin dialami oleh masyarakat yang tinggal di kawasan metropolitan seperti Jabodetabek.

"Hal ini karena penduduk di kota metropolitan cenderung memiliki kondisi psikososial yang lebih kompleks," katanya dikutip dari Antara, Selasa (2/7).

Merujuk pada studi yang dipublikasikan dalam PubMed Central, polusi udara berdampak pada berkurangnya tingkat kebahagiaan seseorang dan juga meningkatkan tingkat gejala depresi. Sedangkan studi yang diterbitkan pada jurnal Environmental Pollution juga mengungkapkan bahwa terdapat relevansi antara peningkatan risiko depresi dengan paparan jangka panjang terhadap PM2.5.

Bisa Sebabkan Bunuh Diri

Patricia mengatakan, kemacetan yang dialami setiap hari di tengah kualitas udara yang buruk, masalah finansial hingga tekanan pekerjaan, menjadi faktor pendukung yang membuat masyarakat di wilayah metropolitan rentan terkena gangguan kesehatan mental. Apabila polusi udara berlangsung secara terus-menerus, maka jumlah penduduk di Indonesia yang mengalami gangguan kesehatan mental akan berpotensi terus meningkat.

Data dari Kementerian Kesehatan mengungkapkan sebanyak 1 dari 10 orang di Indonesia telah mengalami gangguan kesehatan mental. Beberapa gejala awal dari gangguan kesehatan mental yang dapat dialami masyarakat, antara lain menurunnya kemampuan berkonsentrasi, rasa tidak tenang, ketidakmampuan membuat keputusan, hingga gangguan tidur.

Dalam jangka panjang, gangguan kesehatan mental akibat polusi udara yang tidak tertangani dengan baik juga berpotensi dapat menyebabkan bunuh diri.

Studi National Bureau of Economic Research Cambridge mengungkapkan polusi udara meningkatkan jumlah kematian bunuh diri hingga 0,49 persen pada kasus bunuh diri harian setiap peningkatan 1 gram per meter kubik PM 2.5 harian. PM 2.5 merupakan partikel polusi udara terkecil yang berbahaya bagi manusia karena partikel tersebut tidak dapat disaring oleh tubuh.

Patricia menambahkan bahwa masyarakat perlu berkonsultasi dengan psikolog ataupun psikiater ketika merasa mengalami gejala-gejala awal dari gangguan kesehatan mental.

"Untuk menjaga kesehatan mental di tengah kualitas udara yang buruk dan berbagai stressor lainnya, masyarakat diimbau tidak self-diagnose dan berkonsultasi dengan psikolog atau psikiater supaya mendapatkan penanganan yang tepat," kata dia.

Reporter: Antara

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...