Kenaikan Permukaan Laut Samudra Pasifik Lebih Parah dari Rata-rata Wilayah Lain

Tia Dwitiani Komalasari
27 Agustus 2024, 14:09
Sejumlah anak bermain di dekat masjid yang terendam air laut akibat penurunan tanah dan kenaikan permukaan air laut di Muara Baru, Penjaringan, Jakarta Utara, Senin (13/1/2020). Tim Geodesi Institut Teknologi Bandung menemukan 23 daerah di Indonesia menga
ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso
Sejumlah anak bermain di dekat masjid yang terendam air laut akibat penurunan tanah dan kenaikan permukaan air laut di Muara Baru, Penjaringan, Jakarta Utara, Senin (13/1/2020). Tim Geodesi Institut Teknologi Bandung menemukan 23 daerah di Indonesia mengalami penurunan tanah (land subsidence) di mana daerah pesisir pantai penurunan tanahnya rata-rata berkisar 1-20 sentimeter per tahun.
Button AI SummarizeBuat ringkasan dengan AI

Kenaikan muka air laut di Samudra Pasifik melampaui rata-rata global, menurut laporan Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) pada Selasa (27/8). Kondisi ini membahayakan negara-negara kepulauan dataran rendah.

Secara global, kenaikan muka air laut semakin cepat karena suhu lebih tinggi yang didorong oleh pembakaran bahan bakar fosil secara terus-menerus. Hal ini mencairkan lapisan es yang dulunya sangat tebal, sementara lautan yang lebih hangat menyebabkan molekul air mengembang.

Namun, laporan WMO menunjukkan bahwa kenaikan tahunan rata-rata teryata jauh lebih tinggi di dua wilayah pengukuran Samudra Pasifik, yaitu utara dan timur Australia. Kenaikan tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata global sebesar 3,4 milimeter per tahun selama tiga dekade terakhir, 

"Aktivitas manusia telah melemahkan kapasitas lautan untuk menopang dan melindungi kita dan – melalui kenaikan muka air laut – mengubah sahabat seumur hidup menjadi ancaman yang semakin besar," kata Sekretaris Jenderal WMO Celeste Saulo dalam sebuah pernyataan yang bertepatan dengan peluncuran laporan regional State of the Climate 2023 di sebuah forum di Tonga, dikutip dari Reuters, Selasa (27/8).

Kenaikan tersebut telah menyebabkan lonjakan frekuensi banjir pesisir sejak 1980, dengan puluhan kejadian terjadi di pulau-pulau seperti Kepulauan Cook dan Polinesia Prancis yang sebelumnya hanya melaporkan beberapa kasus seperti itu setiap tahunnya.

Peristiwa seperti itu terkadang disebabkan oleh siklon tropis yang menurut para ilmuwan juga dapat meningkat karena perubahan iklim, karena suhu permukaan laut meningkat.

Lebih dari 34 bahaya seperti badai dan banjir dilaporkan di wilayah Pasifik pada 2023, yang mengakibatkan lebih dari 200 kematian, kata laporan WMO, menambahkan bahwa hanya sepertiga dari negara-negara kepulauan kecil yang sedang berkembang memiliki sistem peringatan dini.

Seorang juru bicara WMO mengatakan bahwa dampak kenaikan permukaan air di pulau-pulau Pasifik sangat tinggi karena ketinggian rata-rata mereka hanya satu atau dua meter (3,3 hingga 6,5 ​​kaki) di atas permukaan laut.

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...