Pakar Ungkap Seberapa Penting Biofuel Bagi Indonesia, Bisa Hemat Devisa
Pakar Bioenergi Institute Teknologi Bandung, Tatang Hernas Soerawidjaja, mengatakan bahan bakar nabati atau biofuel penting untuk dikembangkan. Selain ramah lingkungan, biofuel juga bisa menghemat devisa negara.
Tatang mengatakan, persentase volume impor bensin terhadap total impor bahan bakar minyak (BBM) tercatat sebesar 79% pada 2023. Angka ini tidak mengalami perubahan dibandingkan tahun sebelumnya. Tingginya impor BBM menyebabkan defisit neraca perdagangan yang tinggi yaitu sebesar US$ 36,8 miliar.
Menurut Tatang, penggunaan biofuel dapat menghemat devisa negara dari impor BBM. Sejak memanfaatkan biofuel pada 2019, Indonesia mampu menghemat devisa hingga US$ 28,24 milyar hingga 2023. Ini terjadi akibat penurunan impor bahan bakar minyak (BBM).
"BBN pensubtitusi bensin sangat dibutuhkan," dikutip pada paparan Tatang dalam Tripatra Media Forum, di Jakarta, Senin (30/9).
Tatang merinci, penghematan devisa yang dihasilkan dari program biodiesel tertinggi terjadi pada 2022 sebesar US$ 9,5 miliar, 2023 sebesar US$ 7,9 miliar, 2021 US$ 4,8 miliar, 2019 US$ 3,3 miliar, dan 2020 sebesar US$ 2,7 miliar.
Transisi Energi
Menurut Tatang, biofuel juga penting dikembangkan di Indonesia sebagai perantara menuju net zero emission (NZE) pada 2060.
"Pemanfaatan bioenergi dan bahan bakar nabati (BBN) adalah jembatan kritikal transisi sektor energi dari sumber daya energi fosil ke sumber daya energi terbarukan atau nir-karbon," ujarnya.
Tatang menjelaskan, biofuel merupakan bahan bakar yang berasal dari biomassa. Materi ini berasal dari tumbuhan dan hewan yang menjadi alternatif untuk bahan bakar konvensional dan digunakan untuk menyalakan mesin kendaraan.
Menurut dia, Indonesia memiliki kekayaan spesies tumbuhan sehingga berpotensi menjadi negara yang menguasai bahan bakar nabati (BBN) dalam beberapa waktu kedepan. Terlebih konflik geopolitik global, isu perubahan iklim, dan meningkatnya ketidakpastian, telah memunculkan isu ketahanan energi.
Tatang mengatakan, implementasi biofuel bisa membantu Indonesia mendukung ketahanan energi, menghindari eksploitasi sumber daya alam berlebihan, dan menjaga kelestarian lingkungan.
"Transisi ke arah bioekonomi ini sangat menguntungkan bangsa kita, karena selain berwilayah luas, Indonesia juga merupakan negara berlaju fotosintesis dengan produksi primer netto bahan nabati tertinggi,” ujarnya.
Menurutnya, biofuel lebih dari hanya untuk alternatif. Biofuel dapat dimanfaatkan untuk semua kebutuhan energi manusia, seperti transportasi, pembangkit listrik, dan kebutuhan rumah tangga.
Dia mengatakan, biofuel bisa berupa diesel biohidrokarbon, biodiesel, avtur biohidrokarbon atau bioavtur, dan bensin nabati atau biogasoline.
"Tidak seperti bahan bakar fosil, biofuel sebagai sumber daya energi dapat diadakan di seluruh pelosok negeri melalui pembudidayaan tumbuh-tumbuhan sebagai sumber energi alternatif yang aman dan terbarukan,” ucapnya.